Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kenapa KPAI Harus Kebakaran Jenggot

2 September 2020   20:29 Diperbarui: 2 September 2020   20:42 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengumpat (sumber: kabarnusantara.id)

Kata-kata kasar atau umpatan sudah lazim beredar dalam komunikasi lisan di Indonesia. Bahkan tiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Memang sewajarnya orang tua harus mendidik anaknya supaya kata-kata yang keluar dari mulut sang anak jangan penuh umpatan yang sekotor air comberan.

Awalnya mulanya kata umpatan mulai sering digunakan saat anak mulai menginjak bangku SMP. Saya masih ingat banyak kata umpatan khas kota Semarang seperti asx (artinya binatang anjing), kakeaxe (artinya perbuatannya seperti kakeknya),  telemaknxa (yang artinya perbuatannya seperti ibunya) dan lain-lain untuk mengungkapkan kekesalan atas sikap temannya. Sejak masuk bangku SMA, lambat laun mulai menghilang dan kami mulai jarang mengumpat.

Namun ketika masuk ke perguruan tinggi, saya kebetulan kuliah di sebuah universitas di kaki Gunung Merbabu yang terkenal sebagai Indonesia Mini. Karena banyak berkenalan dengan teman-teman dari daerah lain, saya jadi memahami berbagai umpatan yang ada.

Uniknya bagi teman-teman dari Jawa Timur khususnya Surabaya, kata umpatan justru melambangkan kedekatan, contoh "Cuk, menyang ngendi?" (Artinya, kamu pergi kemana?). Padahal kata "cuk" itu sebenarnya singkatan dari kata "diancxk" yang artinya disetubuhi. Memang agak aneh bagi telinga orang yang belum mengenal orang Surabaya.

Dengan teman asal Papua juga ada kata umpatan yang terkenal seperti "pu ki mxi" yang artinya sangat merendahkan wanita khususnya kaum ibu karena arti dari kata itu " setubuhilah ibumu" . Kata umpatan ini sering muncul bila seseorang merasa kesal dengan sikap orang lain.

Jadi, menurut pendapat saya, kata umpatan dalam bahasa apapun pasti ada. Mestinya KPAI tidak perlu kebakaran jenggot hingga melarang kata "anjay" yang artinya binatang anjing, bahkan orang yang mengatakan kata itu dapat dikenakan pasal hukuman pidana. Memang banyak kata-kata umpatan untuk merendahkan orang lain diambil dari binatang sehingga bila terjadi adu mulut antara dua orang yang sedang berseteru sering muncul kata-kata yang menyebut isi kebun binatang. 

Kata-kata umpatan yang menyebutkan nama binatang sebenarnya tidak terlalu kasar, hanya merendahkan lawan bicaranya saja dianggap setara dengan binatang. Justru lebih banyak kata umpatan yang lebih kotor daripada nama binatang, bahkan dalam bahasa Inggris seperti  "mother fuckxr" (yang artinya penyetubuh ibunya sendiri) jelas jauh lebih kasar.

Kata umpatan akan selalu ada sepanjang hidup manusia, tak perlu dilarang. Yang penting dihimbau supaya jangan sering digunakan karena akan memerahkan telinga yang mendengarnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun