Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

[Imlek Komed] Imlek Dulu dan Kini

6 Februari 2019   08:24 Diperbarui: 6 Februari 2019   08:45 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Imlek sebenarnya perayaan datangnya musim semi di Tiongkok dulu. Terkait dengan penanggalan Tionghoa yang berbasis bulan, datangnya musim semi bertepatan dengan perhitungan awal tahun sehingga sering disebut Tahun Baru Imlek.
Era 1963-1967
Karena dilahirkan dalam keluarga keturunan Tionghoa, pada masa-masa sebelum tahun 1967 adalah masa kecil yang paling membahagiakan. Setelah 1967 saat InPres menetapkan pelarangan segala sesuatu yang terkait dengan budaya Tionghoa, maka perayaan Tahun Baru Imlek tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya.
Masih segar dalam ingatan saat Tahun Baru Imlek tiba, H-1 diajak ke rumah keluarga besar ayah di pecinan kota Semarang yang masih memiliki meja altar sembahyangan leluhur. Sementara dari keluarga ibu lebih condong ke budaya Barat karena semua anaknya masuk sekolah berbahasa pengantar bahasa Belanda. Karena beda budaya inilah akibatnya, kami tidak pernah diajarkan bahasa Mandarin, baik lisan maupun tulisan.
Sehari sebelum Tahun Baru Imlek keluarga besar ayah sibuk memasak guna menyambut Imlek, untuk disajikan di meja altar sembahyangan maupun untuk makan keluarga di malam Imlek. Sajian yang disiapkan minimal delapan makanan utama, yakni mie, sayur ca rebung, ikan, lunpia, kue keranjang, jeruk, ronde dan manisan. 
Mie melambangkan panjang umur disantap tidak boleh dipotong. Sayur ca rebung dipilih karena warnanya kuning keemasan melambangkan kekayaan, ikan harus disajikan utuh dari kepala hingga ekor melambangkan awal dan akhir kehidupan, sedangkan lunpia juga melambangkan kekayaan yang terus menggulung.
Kue keranjang dipilih yang warna coklat muda melambangkan kekayaan mirip warna emas, juga keakraban keluarga karena sifatnya yang lengket. Di altar ditata menjulang tinggi. Jeruk juga melambangkan kekayaan karena warna keemasannya, ronde yang bulat dan lengket melambangkan keutuhan dan kedekatan keluarga, lalu manisan untuk melambangkan manisnya kehidupan.
Setelah selesai upacara sembahyangan leluhur, keluarga besar bersantap bersama pada meja bundar, dan berbincang sampai larut malam.
Esok paginya setelah mandi, kami diwajibkan mengenakan pakaian baru atau minimal bersih, lalu menghaturkan selamat Tahun Baru kepada kakek-nenek dan paman-bibi dan kami menerima amplop merah berisi uang yang dikenal sebagai angpao.
Era 2000-2019  
Melalui Kepres No.6 Tahun 2000, Presiden Abdurrachman Wahid mencabut Inpres No.14/1967  yang pernah dikeluarkan Presiden Soeharto di tahun 1967. Warga keturunan Tionghoa mulai bebas merayakan Tahun Baru Imlek. 
Mall-mall bersolek dengan dekorasi merah, naga dan barongsay keluar dari sarangnya dan toko-toko menjual pernak pernik Imlek. Meski tidak lagi merayakan dengan meja sembahyangan karena mejanya sudah dijual, karena sekarang tinggal di Tangerang Selatan, kami sebagai warga Tionghoa tetap saling mengucapkan Selamat Tahun Baru Imlek.
Yang masih kami lanjutkan hanyalah makan malam keluarga besar pada malam Imlek serta berbincang hingga larut malam. Hal ini tetap perlu dilestarikan guna mempertahankan keakraban dalam keluarga besar. 
Jenis makanan yang dipilih tidak jauh berbeda dengan jenis makanan di era 1963-1967 hanya saja kini kami tidak memasak sendiri, untuk praktisnya memesan pada sebuah rumah makan atau catering. Bahkan makan malam bersama bisa diadakan di hotel atau rumah makan, tidak selalu di rumah keluarga.
Juga ada pengaruh dari Singapore misalnya dengan menambahkan yu sheng pada awal makan malam bersama. Disini seluruh peserta makan malam mengaduk dan mencampur bersama yang melambangkan kekompakan dan keakraban di dalam keluarga. Lalu menyantapnya bersama. Ucapan Go Xi Fa Cai kabarnya juga pengaruh dari Hong Kong.
Demikian kisah Imlek dulu dan kini yang kami alami, bagaimana dengan Anda? Yuk berbagi pengalaman. 
Sin Cun Kiong Hie, Thiam Hok Thiam Sioe (Selamat menyambut musim semi, tambah umur tambah kebahagiaan).

Logo Komed (sumber: Komed)
Logo Komed (sumber: Komed)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun