Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Masih Perlukah Keliling Lingkungan Menjelang Sahur ?

5 Juni 2018   03:32 Diperbarui: 5 Juni 2018   04:10 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bangunkan Sahur (sumber: www.jadiberita.com)

Beberapa tahun lalu, baik saat tinggal di kota Semarang, Salatiga, Cirebon maupun Tangerang Selatan, saya sering ikut terbangun sekitar jam 2 dini hari. Karena pada jam-jam tersebut anak-anak berkeliling kompleks perumahan sambil membunyikan kentongan, bahkan memukul bedug kecil, sambil berteriak "Sahur ... Sahur ... Sahur ... Sahur"

Adapula yang berkeliling dengan mobil bak terbuka sambil memukul panci, tambur dan bunyi-bunyian lainnya. Bahkan ada yang membunyikan lagu religi dengan suara cukup keras. Tentunya tetap meneriakkan "Sahur ... Sahur" guna membangunkan mereka yang berpuasa, agar melaksanakan makan sahur.

Namun beberapa tahun belakangan ini, hiruk pikuk saat menjelang waktu makan sahur sudah mulai menghilang. Yang ada hanya seruan adzan melalui pengeras suara masjid. 

Pertama kali agak aneh saja rasanya, karena ciri khas bulan Ramadhan dengan adanya anak-anak yang berkeliling kompleks pada dini hari sambil memukul peralatan yang dibawanya sambil berteriak guna membangunkan orang-orang yang tertidur agar bangun dan menyiapkan makan sahur - telah menghilang. 

Suasana dini hari pada bulan Ramadhan yang tadinya ramai, menjadi sepi seperti pada dini hari hari biasanya.

Menurut penjelasan seorang teman yang cukup memahami agama Islam, sebenarnya berkeliling sambil menimbulkan keributan itu tidak perlu dilakukan, karena mengganggu tidur mereka yang tidak berpuasa dan mengganggu kekhusukan mereka yang sedang melakukan shalat tahajjud.

Sebenarnya seruan dua kali adzan  sudah cukup memadai dan sesuai dengan yang tertulis pada kitab HR Muslim 1092: "Sesungguhnya Bilah melakukan adzan di malam hari (sebelum subuh). Makan dan minumlah kalian, sampai Ibnu Ummi Maktum Adzan."

Penjelasannya, adzan awal diserukan seperti yang pernah dilakukan oleh Bilal bin Rabah sebelum terbit fajar. Sedangkan adzan subuh diserukan setelah terbit fajar seperti dilakukan oleh Ummi Maktum.

Itulah sebabnya selalu disarankan agar yang melantunkan adzan awal dan adzan subuh dilakukan oleh orang berbeda, agar keduanya mampu mengatur saat shalat malam dan makan sahur.

Jadi, keriuhan berkeliling kompleks perumahan pada menjelang waktu makan sahur pelan-pelan sirna, akibat makin tingginya pemahaman warga yang berpuasa. Dengan demikian sekaligus tidak mengganggu mereka yang sedang menjalankan shalat malam maupun mereka yang tidak berpuasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun