Selama menjadi pemerhati kuliner nusantara, kami belum pernah mengunjungi Festival Kuliner Gorontalo di Jabodetabek. Beberapa kali kami mengunjungi Festival Kuliner Nusantara yang diselenggarakan oleh kelompok bisnis Summarecon, diantaranya Festival Kuliner Jawa (Jawa Tengah), Minang (Sumatera Barat), dan Sulawesi Selatan di Summarecon Mal Serpong serta Festival Kuliner Sunda (Jawa Barat) dan Wong Kito (Sumatera Selatan) di Summarecon Mal Bekasi.
Mungkin, warga Gorontalo belum banyak yang migrasi ke Jabodetabek, meski menurut sumber yang dapat dipercaya, penduduk resmi Gorontalo hanya 1 juta orang, tetapi warga Gorontalo yang berada di luar Gorontalo adalah sekitar 2 juta orang. Sehingga belum ada institusi yang berani menyelenggarakan Festival Kuliner Gorontalo di Jabodetabek. Ditambah belum adanya rumah makan Gorontalo yang dibuka di Jabodetabek, sehingga kuliner Gorontalo hanya sering muncul di kalangan terbatas saja. Misal, saat warga Gorontalo merayakan kemerdekaan Gorontalo pada tanggal 23 Januari.
Padahal Gorontalo sangat kaya dengan kuliner yang beraneka ragam yang pada umumnya kaya bumbu dan rempah-rempah, tentunya karena didukung letak geografis Gorontalo yang sangat dekat dengan Maluku sebagai surganya rempah-rempah dari masa lalu sampai sekarang. Karena kedekatan dengan Sulawesi Utara, beberapa sambal juga memiliki kesamaan, seperti sambal rica,-rica, dabu-dabu dan woku. Beberapa kuliner khas Gorontalo yang sudah berhasil kami temui dari studi literature, diantaranya bilenthango dan binthe biluhuta.
Bilenthango adalah makanan khas Gorontalo berupa ikan mujair atau lebih dikenal sebagai ikan Jawa. Cara memasaknya cukup unik ikan mujair dibelah dua lalu dimasak dengan aneka bumbu pedas. Penggorengan diberi alas daun pisang dan sedikit minyak, lalu dimasak dengani api kecil untuk mematangkan ikan.Bagian bumbu disirami minyak panas sedikit demi sedikit sampai terlihat matang. Cara penyajiannya, belahan ikan diatasnya ditaburi bumbu, cabai, daun bawang dan kemangi yang telah matang. Bilenthango disajikan bersamapilitode lo poki-poki yaitu terong santan dan terong bakar. Rasa pedas dan gurih yang menyatu menyebabkan makanan ini terasa enak di lidah.
Hidangan khas Gorontalo lainnya adalah binthe biluhuta atau dikenal juga dengan nama milu siram. Hidangan ini berbahan dasar jagung: milu pulo (jagung putih ketan) dan jagung kuning. Hal ini disebabkan Gorontalo adalah provinsi terbesar sebagai penghasil jagung. Irisan ikan cakalang, irisan daun bawang, daun kemangi, irisan tomat, terong rebus,cabai, kelapa parut, minyak kelapa buatan sendiri atau yang lebih dikenal dengan nama minyak kampung serta jeruk lokal lemon suwanggi merupakan bumbu yang meramaikan soup binthe biluhuta ini. Binthe Biluhuta yang wangi dan gurih ini lazim disajikan bersama ikan oci / mujair bakar dengan bumbu rica serta pepes ikan nike / duwo (ilepao lo duwo).
Festival Kuliner Gorontalo
Sungguh beruntung ketika sedang berada di Gorontalo mendapat undangan dari Omar Niode Foundation, sebuah lembaga nir-laba yang membidangi kegiatan pertanian dan kuliner Gorontalo untuk menghadiri Mini Festival Kuliner Gorontalo. Festival Kuliner ini diselenggarakan di rumah keluarga Niode di jalan Ahmad Yani, Gorontalo.
Ketika menapakkan langkah kaki di halaman rumah yang menurut estimasi sudah dibangun hampir 100 tahun yang lalu, namun masih tampak terawat rapi dan bersih, tak ada kesan kuno dan seram. Di depan pintu masuk, didapati dua minuman yakni es kelapa muda dan es sirsak. Yang tujuannya untuk melunturkan lemak, agar para pengunjung Festival Kuliner berani menyantap lebih banyak.
[caption id="attachment_384721" align="aligncenter" width="300" caption="Ikan Goreng Payangga (dok. pri)"][/caption]
Di dalam rumah, sudah banyak teman-teman wartawan lokal yang ikut meliput festival ini. Kami disambut langsung oleh tuan rumah, yang mempersilakan kami untuk melihat-lihat dan mengambil foto. “Wololo habari”, sapa tuan rumah ramah. Kamipun dengan terbata-bata mencoba menjawab dengan bahasa Gorontalo yang kami ingat “piyo piyo hu”, yang artinya “kabar baik”. Ruang depan dan samping rumah telah disulap menjadi tempat penyajian makanan. Di ruang depan berjajar makanan utama, yang terdiri atas : sup laksa la hulondhalo, kari ayam, sate sapi rica bawang, ikan goreng payangga, abon ayam moronggi, pilitode lo pakis, sambal goreng putungo, ihutilinanga (terong goreng) dan daging garo. Yang paling spesifik adalah ikan goreng payangga, ikan yang diambil dari danau Limboto yang makin mengering, sehingga dikawatirkan suatu hari ikan jenis ini akan punah. Sedangkan abon ayam moronggi sangat unik dalam pembuatannya, karena memerlukan waktu hingga 10 jam. Sambal Goreng Putungo, sepintas tampak terbuat dari bahan daging, padahal sebenarnya adalah dari bahan jantung pisang dan kelapa parut, sama halnya dengan Lipitode lo pakis, adalah makanan yang terbuat dari pakis yang diberi santan. Jadi, secara bahan baku makanan, kuliner Gorontalo tidak hanya dari bahan ikan saja, melainkan sangat beragam juga diperkaya oleh daging sapi, kambing maupun ayam.
[caption id="attachment_384723" align="aligncenter" width="300" caption="Wapili, sejenis wafer (dok pri)"]

[caption id="attachment_384729" align="aligncenter" width="300" caption="Kudapan dan makanan penutup (Sumber : Donald)"]

Sedangkan pada ruang samping berjajar aneka kudapan dan makanan penutup, seperti : wapili, aliyadala, jagung pulut rebus (milu pulo) dan putungo, kacang bakar, tobu’u / kue perahu, gohu, kue karawo, biyapo, popolulu dan kopi Pinogu. Wapili adalah bahasa Gorontalo untuk wafel, sedangkan aliyadala adalah kue yang terbuat dari ubi kayu dengan parutan kelapa dan gula aren yang dipanggang. Tobu’u adalah makanan penutup yang berbentuk seperti kue talam berbungkus daun pisang dengan isi gula aren di dalamnya, teksturnya lembut disantap dengan senduk kecil, sehingga terasa seperti puding. Sementara gohu adalah sejenis minuman dari buah pepaya muda atau setengah matang yang diberi cuka. Biyapo seperti halnya dengan bapao dengan isi daging ayam cincang atau unti (kelapa muda dengan gula merah), lalu ada popolulu yang terbuat dari bahan ubi jalar dengan gula aren.
Kue karawo adalah kue khas Gorontalo yang diadaptasi dari kain karawo, jadi kue kukis ini diberi lukisan berdasar motif kain karawo yang artinya kaita, rantheya dan wo’ala, berupa kaitan, rantai dan bongkaran. Kopi Pinogu adalah kopi yang berasal dari hutan Pinogu yang untuk mengambilnya hanya dapat dicapai dengan berjalan kaki atau menggunakan motor. Sekarang sudah dikembangkan, sehingga sudah dapat dibeli dalam bentuk kemasan. Merupakan kopi organik jenis Robusta dan Liberica dengan aroma yang harum dan ringan, sehingga tidak membuat sakit perut bagi para peminumnya.
[caption id="attachment_384726" align="aligncenter" width="300" caption="Kuah Bugis dan semua bumbu (Sumber : Donald)"]

Hanya satu menu makanan utama yang terpaksa diletakkan di ruang samping, karena memerlukan pemanas, yaitu kuah Bugis. Disamping kuah Bugis, disajikan dalam satu tampah semua bumbu dan rempah untuk pembuat Kuah Bugis yang disebutkan sekitar 33 jenis bumbu. Beberapa bumbu kuah Bugis yang sempat terekam diantaranya bawang merah, bawang putih, batang bawang, cabai merah, kunyit, garam, ketumbar, merica putih, pala, jintan, jahe, lengkuas, minyak sayur, kelapa parut, daun jeruk purut, daun pandan, batang serai, kemangi, dan tomat. Kuah Bugis nama aslinya adalah tabu moyitomo, sering disebutkan sebagai kuah hitam juga adalah makanan berkuah dengan bahan baku utama daging dan tulang sapi / kambing dengan kelapa sangrai. Sepintas mirip dengan rawon di Jawa, bedanya tidak menggunakan kluwak, warna hitam didapat dari kelapa parut yang disangrai.
[caption id="attachment_384728" align="aligncenter" width="300" caption="Nasi Tumpeng Gorontalo (Dok. pri)"]

Dipojokan rumah, kami melihat tampilan (display tidak pada ukuran sebenarnya) angkring walimah hulondhalo yang berupa kue kering kolombengi yang diikat dan digantungkan, kue pandan beraroma manis ini dibuat aneka bentuk seperti ikan, belimbing dan daun. Walimah ini merupakan tanda bila sedang ada pesta dan nantinya pada akhir pesta muatan pada walimah ini akan dibagikan kepada para tamu. Terakhir kami menyaksikan Nasi Tumpeng lo Hulondhalo, nasi kuning dalam bentuk gunungan yang dikelilingi lauk ala Gorontalo, seperti ikan goreng payangga, abon ayam moronggi, kari ayam, ayam iloni, daging garo balanga, perkedel jagung, dan sayur paku pilitode.
Sungguh luar biasa kemewahan kuliner Gorontalo, sehingga kami berharap suatu hari Festival Kuliner Gorontalo ini dapat dipentaskan pada sebuah mall agar semua warga kota besar di Indonesia dapat mengenali betapa enaknya kuliner Gorontalo. Lalu berlanjut dengan kunjungan langsung ke Gorontalo diawali dari rasa rindu pada kuliner Gorontalo, lalu dilanjutkan dengan menikmati wisata alam Gorontalo yang indah dengan pantai, teluk, pulau, danau, perairan, benteng dan terumbu karang serta panorama dan sejarah yang menarik. Gorontalo memiliki tujuan wisata yang lengkap, berupa pegunungan, perbukitan dan lautan. Gorontalo memiliki flora dan fauna yang khas, karena terletak di kawasan Asia dan Australia, yang dikenal sebagai kawasan ekosistem Wallacea. Tentunya dilengkapi dengan menikmati kuliner Gorontalo ditempat aslinya. Selamat datang ke Gorontalo.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI