Mohon tunggu...
Sutarja
Sutarja Mohon Tunggu... Seorang Penulis/Blogger

Saya seorang penulis artikel yang memiliki hobi membaca, menulis, musik, membahas properti dan bisnis.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Sulitnya Lowongan Kerja di Indonesia: Ancaman Baru Tahun 2025 dibalik Banyaknya Kasus Perceraian

5 Juli 2025   16:56 Diperbarui: 5 Juli 2025   16:56 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
indikator tingkat pengangguran di Indonesia

Fenomena sulitnya mendapatkan pekerjaan di Indonesia bukan sekadar masalah ekonomi. Di balik angka pengangguran yang terus menghantui generasi produktif, muncul dampak sosial yang mulai mengkhawatirkan: meningkatnya kasus perceraian.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada awal 2025 berada di angka 5,45%, setara dengan lebih dari 7 juta jiwa. Sementara itu, Mahkamah Agung melalui Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama (Badilag) melaporkan adanya tren kenaikan angka perceraian dalam tiga tahun terakhir, sebagian besar dengan alasan ekonomi.

Pengangguran dan Perceraian: Ada Hubungannya?

Pakar sosiologi dari Universitas Indonesia, Dr. Rizky Amalia, menyebut bahwa korelasi antara tekanan ekonomi dan retaknya rumah tangga semakin kuat dari tahun ke tahun.

"Sulitnya loker atau lowongan kerja membuat banyak kepala keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar. Ini bukan hanya persoalan uang, tapi soal harga diri dan stabilitas emosional. Tekanan yang berkepanjangan bisa memicu konflik rumah tangga," jelas Rizky saat dihubungi detikcom, Jumat (5/7/2025).

Menurutnya, pasangan yang sebelumnya harmonis pun bisa goyah ketika kebutuhan sehari-hari tak tercukupi. Terlebih, di tengah era media sosial, tekanan sosial pun ikut memperparah beban psikologis pasangan yang menganggur atau berpenghasilan rendah.

Dampak Langsung pada Rumah Tangga Muda

Di lapangan, kenyataan ini tercermin jelas. Seperti dialami oleh Dini (27), seorang ibu muda asal Bekasi yang mengajukan gugatan cerai awal tahun ini setelah suaminya kehilangan pekerjaan selama lebih dari 14 bulan.

"Awalnya saya tahan, tapi lama-lama makin berat. Bukan cuma soal uang makan, tapi kami jadi sering bertengkar. Dia jadi cepat emosi, saya pun frustrasi. Akhirnya saya pilih pisah, demi anak juga," ungkapnya kepada detikcom.

Cerita Dini bukan satu-satunya. Data dari Badilag menunjukkan bahwa 66% kasus perceraian di 2024 dilatarbelakangi oleh masalah ekonomi, dengan mayoritas pelakunya adalah pasangan usia muda di bawah 35 tahun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun