4. Sistem Pertahanan Maritim dan Sungai
4.1 Bastion dan Persenjataan
Tiga baluarti/bastion dibangun di sisi Sungai Musi, satu di antaranya menggunakan batu bata dan dua lainnya dari kayu. Bastion ini dilengkapi dengan: Meriam-meriam besar dan lelo, Sistem pertahanan sungai yang ditopang oleh benteng tanah.
4.2 Benteng Pendukung dan Cerucup
Sistem pertahanan dilengkapi dengan tiga benteng eksternal dan Cerucup dari kayu unglen terbentang dari Pulau Kemaro ke Plaju, dilengkapi dengan rantai penghalang sungai, mirip sistem pertahanan pelabuhan Portugis dan Ottoman. Benteng tersebut adalah; Benteng Menapoura di Pulau Kemaro, Benteng Mathapoura (Martapura) di hilir Bagus Kuning, Benteng Bamagangan (Tambak Bayo) Â di muara sungai komering, laju (terbesar).
The 10th they were advanced betwixt the ifle of Cambira and the oppofite fhore, within fight of the city of the ciry. Palimbang, where they difcovered three of the enemies forts; the firft called Bamagangan, fituate on the weftern point of the river of the ifle of Cambara, the other two upon its eaft point, oppofite to the other, they were called Mathapoura and Menaроиra.(Johan Nieuhoff, p.186)
5. Posisi Strategis dan Loji Asing
Wilayah di seberang selatan Kuto Gawang dikhususkan sebagai kawasan dagang dan pemukiman asing. Loji-loji dan permukiman apung/darat diisi oleh pedagang: Arab, Cina, Portugis, Belanda dan Inggris, serta komunitas internasional lainnya.
6. Transformasi Lokasi dan Memori Kolektif
Saat ini, lokasi bekas Keraton Kuto Gawang berada dalam kawasan PT Pusri Palembang. Meski sisa fisik keraton telah hilang, nama "Palembang Lama" masih menjadi penanda kultural dan identitas  masyarakat sekitar. Tradisi lisan masih menyebut area ini sebagai asal mula kota Palembang modern.