Eksistensi seorang ibu sangat menentukan masa depan generasi, dan bangsa ini, maka turut menghidupkan majelis dzikir, dan taklim menjadi wasilah meneguhkan keberadaan, peran, dan fungsi seorang ibu dalam keluarga.
Malam ini rutinan tahlil putri lingkungan Dusun Tiyang tiba giliran di rumah Ibu Suyati (RT 03 RW 01), dan untuk melengkapi majelis ini disampaikan pula kajian yang bersumber dari buku Pedoman dan Materi Dakwah Muslimat NU Tulungagung (2024). Malam ini kajian sampai pada pembahasan ciri-ciri aqidah aswaja.
Bahwa (pertama); Penganut ahlus sunnah wal jamaah meyakini bahwa Allah SWT itu ada (wujud), tanpa terbatas oleh ruang gerak dan waktu. Sebagaimana firman Allah dalam QS. As-Syura ayat 11, Al-Hadid ayat 3, Ali Imron ayat 97, Al-Ikhlas ayat 2, An-Nisa ayat 126, At-Thalaq ayat 126, Al-baqarah ayat 284. Dan masih banyak lagi ayat yang menunjukkan kekuasaan Allah yang tak terbatas ruang dan waktu, Allah maha kuasa atas segala sesuatu.
Kedua, meyakini bahwa Allah itu wujud tanpa menyerupai dengan makhluk-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur'an surat As-Sura ayat 11, Al-Ikhlas ayat 4, Maryam ayat 19. Â Karena Allah berbeda dengan makhluk, maka Dzat-Nya, nama-Nya, dan sifat-Nya tidak dapat divisualisasikan, digambarkan, atau dibayangkan dengan cara yang sama seperti makhluk.
Ketiga, Penganut aswaja itu tidak mengkafirkan seorangpun dari ahli qiblat. Sebagaimana sabda Nabi, "Ketika seseorang mengucapkan 'Wahai Kafir' pada saudaranya, maka salah satu di antara keduanya telah menjadi kafir."
Sehingga para ulama salaf mewanti-wanti agar tidak mudah melepaskan kata-kata kafir, atau musyrik kepada saudara seiman, hal ini sangat berbahaya karena ucapan itu akan berbalik kepada si pengucap. Na'udzubillah. Â
Semoga aqidah aswaja kita selalu terjaga, aamiin...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI