Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sedapnya Pindang Tulang Ibu Negara

6 Juni 2025   14:07 Diperbarui: 6 Juni 2025   14:36 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pindang tulang masakan ibu negara (Sumber: Dok. Susanto)

Sampai di halaman rumah, tetangga mengantarkan satu bungkus paket berisi daging kurban. Tetangga yang terkenal sebagai ustaz menyembelih seekor sapi di rumahnya. Rupanya kami kebagian.

"Aku masak pindang ya, Yah!" kata istri yang sering saya juluki Ibu Negara.

"Boleh. Bisa?" jawab saya.

"Semoga saja jadi, kan kita presto?" jawabnya beralasan.

Pulang salat Jumat, pindang tulang masakan Ibu Negara sudah matang. Ibu Negara menawari, "Coba Cicip, Yah, mumpung masih hangat."

Saya pun menyeruput kuah pindah yang masih mengeluarkan uap panasnya.

"Hmm ... sedap, Bu. Asam manisnya terasa!" jawab saya memuji.

"Habiskan, ya. Sudah ini jangan nambah lagi!" Ibu Negara mengingatkan. Ia tahu suaminya sudah mulai terkena hipertensi.

"Beres!"

Masakan pindang yang fotonya saya pajang di artikel ini saya seruput kuahnya. Daging sapi yang menempel pada tulang iga saya gigit. 

"Empuk," gumamku dalam hati, "Luar biasa ibu negaraku. Rasanya tidak kalah dengan pindang tulang seharga empat puluh lima ribu rupiah satu porsi bersama nasi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun