"Pendamping desa sekarang," lanjutnya, "kalau diposisikan seperti itu, akan lebih bermanfaat. Mereka harus jadi katalis, penggerak, bukan sekadar penyedia bantuan atau penghubung pemerintah. Desa harus diajarkan wirausaha, pengelolaan mandiri, dan kearifan lokal harus dijaga."
Mbah Putri ikut menimpali sambil tersenyum. "Betul itu, Cah Bagus. Kalau desa cuma diberi bantuan terus, kapan belajarnya? Pendamping desa harus bisa bikin warga jadi kreatif, bukan pasif."
Saya mengangguk, setuju dengan pendapat mereka. "Berarti, tugas utama pendamping desa bukan sekadar melaksanakan program, ya, Mbah? Tapi membantu desa menemukan potensinya sendiri."
Mbah Manten tersenyum puas. "Persis! Ingat, Cah Bagus, desa itu akar bangsa ini. Kalau akar kuat, pohon nggak akan mudah tumbang. Pendamping desa harus seperti pupuk: memperkuat akar, bukan malah bikin akar malas mencari nutrisi."
Langit mulai memerah, matahari perlahan tenggelam di balik Gunung Garuda. Angin sore menghembuskan udara dingin, namun obrolan kami menghangatkan hati.
Berlanjut sesi obrolan berikutnya yaÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI