Mohon tunggu...
Suryokoco Suryoputro
Suryokoco Suryoputro Mohon Tunggu... Bicara tentang Desa - Kopi - Tembakau - Perantauan

Berbagi pandangan tentang Desa, Kopi dan Tembakau untuk Indonesia. Aktif di Organisasi Relawan Pemberdayaan Desa Nusantara, Koperasi Komunitas Desa Indonesia, Komunitas Perokok Bijak, Komuitas Moblie Journalis Indonesia dan beberapa organisasi komunitas perantau

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mbah Manten Mengingatkan Pendamping Desa Era Presiden Soeharto

4 Januari 2025   15:31 Diperbarui: 4 Januari 2025   15:31 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pendamping desa sekarang," lanjutnya, "kalau diposisikan seperti itu, akan lebih bermanfaat. Mereka harus jadi katalis, penggerak, bukan sekadar penyedia bantuan atau penghubung pemerintah. Desa harus diajarkan wirausaha, pengelolaan mandiri, dan kearifan lokal harus dijaga."

Mbah Putri ikut menimpali sambil tersenyum. "Betul itu, Cah Bagus. Kalau desa cuma diberi bantuan terus, kapan belajarnya? Pendamping desa harus bisa bikin warga jadi kreatif, bukan pasif."

Saya mengangguk, setuju dengan pendapat mereka. "Berarti, tugas utama pendamping desa bukan sekadar melaksanakan program, ya, Mbah? Tapi membantu desa menemukan potensinya sendiri."

Mbah Manten tersenyum puas. "Persis! Ingat, Cah Bagus, desa itu akar bangsa ini. Kalau akar kuat, pohon nggak akan mudah tumbang. Pendamping desa harus seperti pupuk: memperkuat akar, bukan malah bikin akar malas mencari nutrisi."

Langit mulai memerah, matahari perlahan tenggelam di balik Gunung Garuda. Angin sore menghembuskan udara dingin, namun obrolan kami menghangatkan hati.

Berlanjut sesi obrolan berikutnya ya 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun