Mohon tunggu...
Surtini Hadi
Surtini Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - kebermanfaatan

Ibu Rumah Tangga, tinggal di Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

SUKU DAYAK : Baik Hati dan Tidak Sombong

8 Juni 2011   06:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:44 7133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Minum segelas kopi kental, siang hampir ashar di ruang diskusinya koperasi persekutuan dayak. Dari jendela lantai duanya, matahari serasa bulan. Kemerahan, penuh. Bisa kupandangi begitu saja, telanjang mata. Begitulah, musim asap juga menggoreskan sebuah romantisme.

Petikan kecapi , semakin mengutuhkan pengalaman batinku berada di tanah dayak. Bukan sebuah kebetulan, sebuah suku bangsa diciptakan oleh Ranying Hatalla . Tapi lebih kepada sebuah kesadaran untuk saling mengenal dan menghargainya.

Suku dayak di Kalimantan tengah terbagi menjadi beberapa suku, diantaranya Manyan, Ot Danum dan Ngaju. Suku Dayak Ngaju mendiami daerah sepanjang hilir Sungai Kapuas, Kahayan, Rungan Manuhing, Barito dan Katingan. Suku Dayak Ot Danum mendiami daerah sepanjang hulu sungai-sungai besar Kahayan,Rungan, Barito, Kapuas, Mahakam dan sekitar long pahangei di pedalaman. Sedangan Ma’anyan tersebar diseluruh kabupaten Barito selatan.

Secara umum sifat dan suku dayak terhadap alam adalah bersahabat, dan dari tempaan alam yang sulit diduga, membentuk sebuah karakter waspada, tidak mampu berpura-pura dan apa adanya. Terhadap orang asing, orang dayak tidak begitu saja percaya. Akan tetapi, apabila kepercayaan telah tumbuh, mereka akan sangatbersahabat dan terbuka.

Dalam menjalani kehidupan, bersikap mamut, menteng, ureh, mameh; menjaga hubungan baik dengan sesame, lebih suka mengalah dan menghindar, tidak menyerang apabila tidak diserang, namun apabila kesabaran telah habis , harga diri telah terinjak-injak, mati bukan lagi masalah dan serangan fisik akan dihadapi secara formal.

Orang dayak tidak mudah menerima hal baru, sebelum benar-benar meyakininya. Bagi mereka, baik adalah baik dan tidak kenal kebaikan bertopeng. Serangan diplomatis tidak dianggap sebagai musuh, kesadaran baru muncul ketika dampak kebaikan bertopeng muncul langsung dihadapan mereka.
Bahasa dayak, khususnya bahasa dayak ngaju sebagai linguafranca tidak mengenal kosa kata ungkapan rasa’ terimakasih’. Rasa terimakasih diungkapkan dalam sikap dan perbuatan, serta rasa hormat yang mendalam. Semua kebaikan yang telah mereka terima akan tersimpan rapi dalam lubuk hati yang terdalam. Bahkan dalam setiap kesempatan, mereka akan menceritakan pada anak turunnya.
----
Budaya leluhur manapun, semestinya memilih ‘agen’ yang luar biasa untuk membuatnya terus mengada. Lebih humanis lagi, jika kita anak-anak zaman yang mengajukan diri sebagai ‘agen’. Ehm, ingatanku melayang pada 2 hari silam, saat menyusur jalan Tjilik Riwut menuju luar kota. Putra dayak yang dinobatkan sebagai pahlawan nasional dari kalteng ini (coba cari di deretan gambar pahlawan nasional, yang wajahnya mirip artis krisna mukti..hehe, bener kok, aslii..), pada masa belianya tiga kali meneglilingi pulau Kalimantan hanya dengan jalan kaki dan naik perahu atau rakit. Tak lebih sebagai pengahayatan terhadap budaya leluhurnya.

Sruputan terakhir kopi kentalku, mataku tertahan pada halaman 25, bab perjuangan suku bangsa dayak; tentang perang besar di daerah Pematang sawang Pulau Kupang, dekat Kapuas, ada perempuan dayak bernama Nyai Undang yang memegang peranan besar…

Palangkaraya, Octber 2009

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun