Mohon tunggu...
Sosbud

Pemuda Negeri Ini

4 Februari 2019   21:39 Diperbarui: 4 Februari 2019   22:22 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kalau bicara masalah pemuda, kita tentu akan berpikir tentang sebuah semangat. Pemuda adalah generasi yang menjadi dambaan. Ia mampu bergerak dengan jiwa yang menggebu, suara yang lantang, dan fisik yang masih prima. Pemuda juga adalah tonggak dari sebuah pembangunan bangsa, mereka menjadi harapan bagi banyak orang di luar sana.

Masih ingat sejarah tentang sumpah pemuda? Sumpah yang membuat bangsa ini sadar akan jati dirinya. Sumpah yang mengantarkan Indonesia untuk menjemput cita-cita kemerdekaan yang sejak lama diidam-idamkan.

Ikrar itu sampai detik ini masih tercantum pada prasasti di dinding Museum Sumpah Pemuda, Jakarta Pusat. Penulisannya menggunakan ejaan van Ophuysen, lebih kurang berbunyi :

Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Inilah ikrar yang menjadi kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia. Memang seperti itulah seharusnya pemuda. Beban bangsa yang besar ini bergantung kepada mereka.

Jika saja pemuda pada zaman dahulu menyerah, mungkin kita tidak akan pernah menghirup udara kemerdekaan, mungkin selamanya kita hanya menjadi budak di tanah kita sendiri.

Tapi sekarang, seolah pemuda di cap sebagai mereka yang tidak punya masa depan. Bagaimana tidak? Pemuda negeri ini sudah kehilangan jati dirinya. Pemuda negeri ini lebih senang kebut-kebutan di jalanan. Pemuda negeri ini lebih senang minum-minuman keras. Pemuda negeri ini lebih senang hal-hal yang berbau kekerasan. Pemuda negeri ini sudah hilang dari peradaban.

Memang tidak semua pemuda seperti itu. Namun, moral bangsa ini sudah terlanjur buruk dengan tingkah pemuda yang "menyimpang" tersebut. Kita perlu menyadari mulai hari ini, bahwa kita harus kembali sadar untuk mewujudkan cita-cita pendiri bangsa terdahulu. Ya, cita-cita yang sudah tertuang di dalam alinea ke-4, Pembukaan UUD 1945 yaitu "Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial."

Pemuda harus ambil bagian dalam mewujudkannya, tidak hanya para generasi tua saja. Pun juga diharapkan pemuda tidak hanya bertanya dan mengeluh tentang permasalahan bangsa ini. Namun lebih dari itu, pemuda juga harus mencari solusi dan jalan keluar untuk mengatasi masalah bangsa yang semakin rumit ini.

Saya pribadi yakin, jika semua kemampuan yang dimiliki setiap pemuda disatukan. Maka Indonesia akan menjadi bangsa yang terhormat di mata dunia. Biarlah kata-kata Bung Karno itu terus bergumul di dalam hati kita sebagai seorang pemuda. Bahwa ia mengatakan "Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun