Mohon tunggu...
Anton Surya
Anton Surya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana

Pengelana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Salam Suku Dayak Adil Ka Talino, Sejarah Singkat dan Makna

15 Maret 2020   22:17 Diperbarui: 16 Maret 2020   17:20 20968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Betang Pontianak (dok.pri)

Anda mungkin tidak pernah mendengar kalimat "Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka' Jubata". Itu adalah semboyan dan salam Suku Dayak. Orang Dayak adalah orang yang sangat menjunjung tinggi adat dan budaya. Bagi mereka adat istiadat adalah harta yang tidak ternilai. 

Orang Dayak adalah masyarakat yang guyub (suka bermasyarakat) dan religius. Sikap itu tercermin dari semboyan Adil Ka' Talino berarti adil kepada sesama manusia.

Manusia yang tidak adil merupakan aib bagi orang dayak sehingga jika terjadi permasalahan orang Dayak akan menyelesaikan melalui musywarah dan mufakat adat. Sidang peradilan adat adalah jalan untuk menyelesaikan semua persoalan secara adil.

Setiap desa di Kalimantan Barat sebagian besar mempunyai Timanggong (Tumenggung) adat yang dipilih karena memiliki pengetahuan tentang hukum adat dan mempunyai pandangan yang luas serta tidak memiliki cacat moral dan selalu bersikap adil. 


Bacuramin Ka Saruga secara harfiah berarti bercermin ke Surga. Tetapi makna lebih mendalam adalah manusia harus selalu memandang Tuhan dalam setiap, sikap, ucapan dan tindakan. Manusia tidak bisa sembarangan dalam melakukan sesuatu karena ada hukum Tuhan yang mengatur.

Basengat Ka Jubata secara harfiah berarti menyembah kepada Tuhan. Mengandung makna kita harus selalu mendekatkan diri kepada Tuhan karena manusia adalah hamba Tuhan.

Aspek vertikal dan horisontal kehidupan sebagai manusia tercermin semboyan Dayak, gambaran orang Dayak yang penuh kasih dan religius sangat terwakili pada semboyan itu. Sebagai balasan dari semboyan itu kita harus menyambutnya dengan kata arus, arus, arus yang artinya iya atau amin. 

Kata-kata itu sendiri berasal dari Bahasa Dayak Kanayatn, salah satu sub suku dayak. Bahasa Kanayatn adalah bahasa Melayu Kuno yang diyakini menjadi akar dari bahasa Indonesia. Sehingga Semboyan Dayak mudah di mengerti oleh orang banyak. 

Sebelum di tetapkan menjadi semboyan suku Dayak secara umum, kalimat ini sejak lama menjadi falsafah hidup orang Dayak dan mulai sudah sering dipakai  sebagai kalimat pembuka dalam acara atau rapat dewan adat sekitar tahun 1975.

Kemudian di tetapkan secara formal pada tanggal 26 Mei 1985 pada rapat yang diadakan di SMPN I Anjungan yang bertepatan dengan acara Gawai Naik Dango pertama kabupaten Pontianak.

Pada saat itu dirumuskan oleh beberapa orang tokoh adat dayak seperti, Bapak F. Bahudin Kay, Bapak Drs. M. Ikot Rinding, Bapak Salimun, BA, Bapak R.A. Rachmad Syahuddin, B.Sc dan lain-lain. Awalnya ucapan tersebut dibalas dengan kata Auk. 

Seiring dengan terbentuknya Majelis Adat Dayak (MAD) Kalimantan Barat pada tanggal 21 Agustus 1994 maka falsafah atau semboyan ini menjadi semboyan masyaraka Dayak kalimantan Barat. baru pada tahun 2001 jawaban balasan itu berganti menjadi kata  Arus....arus....arus.

Kata Arus itu sendiri juga mempunyai harus atau terus yang menagmbil filosofi air mengalir. Kemudian pada tahun 2006 ditetapkan sebagai semboyan dan salam Dayak secara Nasional.

Dalam Borneo Dayak Forum tanggal 9 Agustus 2010 di Kuching, Sarawak, maka semboyan Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka' Jubata ditetapkan sebagai Salam atau Falsafah masyarakat Dayak seluruh Dunia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun