Uis Arinteneng berasal dari Suku Karo, salah satu sub etnis Batak yang mendiami wilayah Sumatra Utara, khususnya di Kabupaten Karo dan sekitarnya. Dalam budaya Karo, kata "uis" berarti kain atau ulos, dan "arinteneng" merujuk pada warna dasar kain yang hitam polos, dihiasi dengan motif tradisional berwarna merah dan kuning.
Ciri Khas:
Warna dasar hitam polos.
Motif hias di ujung kain berupa pengetang-ngetang dengan pola ambu-ambu.
Dibuat dengan teknik tenun tradisional Karo.
Kain ini dibuat dari benang kapas dengan panjang sekitar 170 cm dan lebar 70 cm. Ciri khasnya terletak pada kedua ujung kain yang dihiasi dengan motif geometris yang dikenal sebagai pengetang-ngetang, menggunakan pola ambu-ambu. Warna hitam yang mendominasi kain ini bukan sekadar pilihan estetika, melainkan simbol kekuatan, keagungan, dan perlindungan dalam konteks budaya setempat.
Dalam prosesi pernikahan adat, Uis Arinteneng digunakan sebagai alas emas kawin atau pedalin tukur. Kain ini juga hadir dalam momen kebersamaan saat makan bersama di pelaminan, sebagai lambang awal kehidupan baru yang penuh kesatuan dan harapan baik. Selain itu, kain ini juga berperan dalam prosesi pindah rumah. Uis Arinteneng digunakan untuk membalut tiang utama rumah yang disebut binangun. Tindakan ini melambangkan harapan agar penghuni rumah senantiasa hidup dalam kedamaian, kerukunan, dan kebahagiaan.
Sebagai warisan budaya tak benda, Uis Arinteneng mencerminkan cara masyarakat memaknai kehidupan, keluarga, dan tradisi. Kain ini tidak hanya berfungsi sebagai pelengkap busana atau dekorasi, melainkan sebagai sarana komunikasi simbolik yang merekatkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan masyarakat adat.
Keberadaan Uis Arinteneng memperkaya keragaman budaya Indonesia dan menjadi pengingat bahwa setiap unsur tradisional memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar tampilan luar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI