Hari ini hari Selasa. Suara tangis masih terdengar di ujung telepon sana...
Luna tidak ingin menjadi seperti Rima, yang tidak pernah mencoba mengubah keadaannya dan hanya bisa menangis pasrah. Luna tidak ingin Selasa depan menjadi Selasa yang sama bagi dia. Jika memang di bumi ini orang lebih suka menggunakan mulut dibanding telinganya, Luna berharap di angkasa sana ia bisa menemukan orang atau mungkin makhluk lain yang mau meminjamkan telinganya untuk menjadi tempat Luna berkeluh-kesah, membiarkannya mulutnya bercerita hingga bisa membawa pulang kelegaan seperti yang mungkin Rima rasakan ketika meneleponnya.
Luna lalu memotong telinga kanannya dan membiarkannya menempel pada telepon genggamnya, ia tahu Rima membutuhkan telinganya.
Ia lalu melompat ke langit berharap bisa menemukan telinga yang mau mendengarkannya di angkasa sana. Sayang, gravitasi datang dan menarik dan Luna ke bawah dengan keras, membuatnya terhempas dan semakin jauh dari telinga yang dicarinya.
Di ujung telepon sana, tangis Rima mulai berhenti, entah karena lega atau lelah.
"Terima kasih sudah mau mendengar cerita mama.." ujar Rima sambil menutup teleponnya.
NB : Cerita ini pernah di post penulis di ignitegki.com dengan perubahan seperlunya.Â