Mohon tunggu...
Surpi Aryadharma
Surpi Aryadharma Mohon Tunggu... Penulis - Dosen, Peneliti, Penulis Buku, Dharmapracaraka

Gemar membaca, Mencintai Negara, Mendidik Anak Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Peradaban Hindu Kuno di Negeri Para Dewa "Dieng"

26 Juni 2020   08:24 Diperbarui: 26 Juni 2020   08:25 1680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi pribadi


Dataran Tinggi Dieng, yang dikenal sebagai Negeri Para Dewa, Negeri Kahyangan merupakan wilayah yang sangat penting dalam sejarah Hindu Jawa Kuna. Terletak  di kaki pegunungan Dieng, Wonosobo, Jawa tengah.

Kawasan ini  merupakan laboratorium hidup jejak peradaban Hindu tertua di Tanah Jawa. Kawasan yang juga dikenal sebagai Negeri Diatas Awan ini dipenuhi dengan berbagai bangunan Candi dan tempat pertapaan serta nilai dan sejarah Mabahrata yang tersimpan dalam sebuah misteri sejarah. 

Para ahli mengungkapkan diperkirakan juga semula Candi Dieng berjumlah 400 candi, namun sekarang hanya tersisa 8 candi yang sudah direstorasi. 

Candi Dieng juga diperkirakan dibangun kisaran awal abad ke 7 hingga awal abad ke-9 M dan menurut sejumlah catatan, hingga abad ke-13 Kompleks ini masih menjadi Kawasan suci di Pulau Jawa bahkan disebut sebagai poros spiritual dan poros dunia (pingkalingganing Bhawana). 

Dalam Serat Paramayoga karya Ranggawarsito disebutkan, Nama Dieng sendiri dilatarbelakangi dari peristiwa pemindahan simbol surga dilakukan Sang Hyang Djagadnata (Bathara Guru). Dieng yang berasal dari bahasa Sanskerta Di artinya tempat yang tinggi atau gunung dan Hyang artinya leluhur atau dewa-dewa. 

Olehnya, sampai hari ini, Dieng tetap dikenal sebagai Negeri Para Dewa, Kawasan yang sangat suci.

Candi Pun Keluar  dari Bumi

Dieng juga menyimpan sejumlah cerita dan peristiwa mistis. Penduduk setempat menceritakan banyak candi dan bangunan suci muncul dari bumi. Sejumlah penduduk asli Dieng mengaku terlibat dalam penemuan Candi yang dikatakan muncul dari bumi yang diawali dengan mimpi dan bisikan gaib. 

Sebagaimana penemuan sebuah candi yang diberinama Candi Wisanggeni tahun 2013, seorang penduduk asli Dieng mengaku mendapat bisikan untuk mendaki bukit Pangonan dan pada ketinggian 2.500 meter diatas permukaan laut, terdengar kembali bisikan yang kuat agar dilakukan penggalian dan ditemukan bangunan candi. 

Demikian pula sejumlah situs kuno ditemukan dari dalam bumi dan candi-candi baru bermunculan walau sebelumnya penduduk setempat tidak melihatnya.

Salah satu penduduk asli Dieng yang kerap terlibat dalam pemugaran candi menuturkan, saat ini pihaknya sedang mencari bagian atas candi yang sedang dipugar dan belum ditemukan. Beberapa kali sudah ada petunjuk.

Namun tampaknya belum waktunya untuk ditemukan. Candi-candi yang baru ditemukan menambah jumlah candi yang selama ini telah menjadi obyek wisata di wilayah ini.


Menurut catatan yang ditemukan, Kompleks percandian Dieng diperkirakan mulai dibangun tahun 713 atau abad XIII hingga abad XV. Luas keseluruhan kompleks candi-candi itu mencapai 100 hektare. 

Percandian ini diperkirakan dibangun dalam dua tahap, dimana tahap pertama pembangunan dilakukan pada sekitar pertengahan abad ke-7 hingga awal abad ke 8,  pembangunanya meliputi candi Arjuna, Candi Srikandi, Candi Semar, dan Candi Gatutkaca. 

Kemudian, pembangunan candi dilanjutkan pada akhir abad ke-8 yaitu sekitar tahun 780 M. Diperkirakan juga semula Candi Dieng berjumlah 400 buah, namun sekarang hanya tersisa 8 candi yang bisa kita lihat. Candi Dieng juga dihuni pada kisaran awal abad ke 7 hingga awal abad ke-9.

Pada tahun 1814, untuk pertama kalinya candi dieng ditemukan kembali dalam keadaan terendam dalam air telaga oleh seorang tentara inggris. Hingga pada tahun 1856 dilakukanlah pengeringan untuk mempelajari bangunan candi yang baru ditemukan tersebut. 

Pengeringan tersebut dipimpin oleh Van Kinsbergen, kemudian setelah upaya pengeringan selesai. Dilanjutkan dengan pembersihan bagian-bagian candi oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1864.  

Candi ini juga diperkirakan merupakan candi Hindu pertama di Jawa, yang dibanguna pada sekitar Abad ke-7 pada masa pemerintahan kerajaan Mataram Kuno.


Kompleks Candi Arjuna memiliki 5 candi yang saling berdekatan yang berada di tengah kompleks candi Dieng. Dimana keempat candi tersebut berjajar dari utara ke selatan. 

Di sebelah paling selatan terdapat candi Puntadewa, Candi Sembrada dan Candi Srikandi, dan Candi Arjuna, sedangkan satu candi lagi berada di depan Candi Arjuna, yang bernama candi Semar. candi Puntadewa, Sembrada, Arjuna dan Srikandi menghadap ke Barat, sedangkan Candi Semar menghadap ke Candi Arjuna yang tepat berada di depanya.

Foto: Dokumentasi pribadi
Foto: Dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun