Sebaliknya, perusahaan yang konsisten menyajikan laporan keuangan secara terbuka justru memperoleh banyak keuntungan:
- Menurunkan biaya modal. Investor lebih percaya sehingga premi risiko menjadi rendah.
- Akses pembiayaan lebih luas. Lembaga keuangan, bank, maupun pasar modal akan lebih mudah memberi dana.
- Meningkatkan likuiditas saham. Saham perusahaan lebih diminati karena dianggap terpercaya.
Contoh Nyata
- Kasus Enron (2001): perusahaan ini gagal melaporkan kondisi sebenarnya dan melakukan manipulasi laporan. Akibatnya, kepercayaan publik hancur, harga saham anjlok, dan perusahaan bangkrut. Biaya "tidak melaporkan" jauh lebih besar daripada sekadar biaya kepatuhan regulasi.
- Perusahaan publik di BEI: banyak perusahaan yang justru mengumumkan laporan keuangan lebih cepat dari batas waktu karena menyadari manfaat reputasi positif. Investor cenderung memberi nilai lebih pada perusahaan yang terbuka.
Perspektif Pasar Bebas vs Regulasi
Pendukung pasar bebas berpendapat bahwa manfaat ekonomi sudah cukup mendorong perusahaan untuk transparan tanpa perlu aturan formal. Perusahaan yang menutup informasi akan dihukum pasar, sementara yang terbuka akan mendapat insentif.
Namun, kenyataannya tidak semua perusahaan rasional. Ada yang menutup-nutupi demi kepentingan jangka pendek, sehingga regulasi diperlukan untuk menjamin baseline agar setiap perusahaan memiliki standar minimum transparansi.
Mengapa Regulasi Tetap Diperlukan?
Meskipun insentif pasar bebas cukup kuat, regulasi tetap memiliki peran vital. Ada empat alasan utama:
- Perlindungan Investor -- Tidak semua investor memiliki kemampuan membaca laporan kompleks. Regulasi memberi perlindungan terutama bagi investor kecil.
- Standar Minimum -- Laporan antarperusahaan harus bisa diperbandingkan dengan standar yang sama.
- Efisiensi Kolektif -- Regulasi menurunkan biaya monitoring karena informasi sudah distandarkan.
- Kepercayaan Publik -- Regulasi memperkuat integritas pasar modal dan menjaga stabilitas sistem keuangan.
Dengan adanya standar baku, pasar menjadi lebih adil dan efisien.
Argumen Kuat untuk Regulasi
Ada beberapa alasan mengapa regulasi tetap penting:
- Perlindungan investor kecil, yang tidak selalu memahami akuntansi secara mendalam.
- Standar minimum, agar laporan keuangan bisa dibandingkan antarperusahaan.
- Efisiensi kolektif, karena standar baku memudahkan semua pihak dalam memahami informasi.
- Kepercayaan publik, yang menjadi fondasi stabilitas pasar modal.
Regulasi sebagai Produk Politik
Banyak orang beranggapan bahwa regulasi akuntansi semata-mata lahir dari logika teknis demi kepastian hukum dan transparansi. Faktanya, proses ini sarat dengan kekuatan politik, lobi ekonomi, dan kompromi antaraktor.
Aktor yang Terlibat dalam Regulasi
- Perusahaan besar -- biasanya memiliki sumber daya untuk melakukan lobi agar aturan tidak merugikan kepentingan mereka.Â
- Auditor/Kantor Akuntan Publik (KAP) -- pihak ini sering mengkhawatirkan risiko litigasi yang muncul dari regulasi ketat. Semakin kompleks standar akuntansi, semakin besar kemungkinan auditor disalahkan bila terjadi kesalahan.
- Regulator -- lembaga seperti IASB, SEC, atau OJK di Indonesia memiliki tanggung jawab menjaga stabilitas pasar. Mereka cenderung mendorong regulasi yang menjamin keterbukaan informasi.
- Investor institusional -- sebagai pemilik modal besar, mereka menuntut transparansi agar keputusan investasi lebih terukur.