Mohon tunggu...
Suriadi Dhafa3
Suriadi Dhafa3 Mohon Tunggu... statistisi

Statistisi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Saat Ikan Tak Hanya Soal Gizi, Tapi Cermin Ketahanan Pangan Bangsa

14 Oktober 2025   12:00 Diperbarui: 14 Oktober 2025   10:19 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Pelabuhan Sadeng merupakan salah satu pelabuhan perikanan pantai terbesar di D.I Yogyakarta ( Sember:Koleksi Pribadi)

Indonesia dikenal sebagai Negara Maritim dengan garis pantai lebih dari 108 ribu kilometer, perairan luas, dan kekayaan hayati laut yang melimpah. Ironisnya, di tengah limpahan sumber daya itu, tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia masih belum sebanding dengan potensinya. Padahal, ikan bukan hanya sumber protein berkualitas tinggi, tetapi juga kaya omega-3, vitamin D, dan mineral penting yang berperan besar mendukung kecerdasan dan kesehatan tubuh.

Potensi laut Indonesia sejatinya bisa menjadi solusi nyata atas tantangan ketahanan pangan dan gizi Nasional. Namun, kesenjangan antara tingginya produksi ikan dan belum maksimalnya konsumsi masyarakat menunjukkan bahwa ada persoalan hulu dan hilir, mulai dari kesadaran gizi, distribusi, hingga infrastruktur pascapanen yang belum merata.

Tren Konsumsi Ikan: Naik Tapi Belum Maksimal

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, konsumsi ikan Nasional pada tahun 2024 mencapai 58,91 kilogram perkapita per tahun, naik dari tahun sebelumnya yang sebesar 57,03 kilogram. Peningkatan ini memang konsisten, tetapi belum cukup impresif jika dibandingkan dengan Negara tetangga seperti Malaysia atau Jepang yang konsumsi ikannya sudah diatas 70 kilogram perkapita per tahun. Artinya, ruang untuk tumbuh masih besar, apalagi jika kita melihat potensi produksi laut dan perikanan darat Indonesia yang terus meningkat.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) memperkuat gambaran itu. Hingga September 2024, konsumsi kalori dari ikan rata-rata mencapai 55,86 kkal perkapita per hari, dengan kontribusi protein sebesar 9,38 gram perkapita per hari. Angka ini justru sedikit menurun dibanding 2023, yang berarti peningkatan konsumsi belum merata di seluruh wilayah. Daerah pesisir, yang memiliki akses langsung ke laut, mencatat konsumsi diatas rata-rata Nasional, sementara daerah non pesisir masih tertinggal.

Produksi Besar, Tapi Distribusi Jadi Tantangan

Dari sisi produksi, Indonesia tergolong raksasa dunia dalam sektor perikanan. Berdasarkan data BPS 2024, total produksi perikanan Nasional mencapai sekitar 17 juta ton per tahun, terdiri atas 9,75 juta ton hasil budidaya dan 7,3 juta ton hasil tangkap. Artinya, pasokan ikan sebenarnya sangat berlimpah.

Namun, kelimpahan di laut tak selalu berarti ketersediaan di darat. Masalah klasiknya ada pada rantai pasok. Di banyak wilayah pedalaman, ikan segar sulit dijangkau karena keterbatasan fasilitas penyimpanan dingin (cold storage) dan transportasi berpendingin. Akibatnya, harga ikan di daerah non pesisir bisa dua kali lipat dibandingkan kota pelabuhan.

Lebih dari Sekedar Gizi: Persoalan Sosial dan Budaya

Rendahnya konsumsi ikan di Indonesia tidak semata karena masalah distribusi atau harga, tetapi juga faktor sosial dan kultural. Di sebagian masyarakat, masih berkembang mitos bahwa ikan bisa menyebabkan penyakit kulit pada anak, atau dianggap makanan kurang bergengsi dibanding daging ayam dan sapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun