Kami kembali bergegas ke arah selatan dengan melewati jalan yang sudah mendapat sapuan semen di pinggir pantai. Suasana begitu lengang, hanya gemercik air dari arah tebing dan hempasan air laut yang tidak seberapa kencang menyapu tebing. Jarak antara situs yang berada di bagian utara dan selatan tidaklah seberapa jauh. Sekira dua kali selemparan batu orang dewasa dengan kekuatan maksimal.
Di situs bagian selatan kembali kami memutuskan meloncati pagar, karena pintu masuknya sudah digembok oleh penjaganya. Areal situs cukup bersih karena menurut informasi bahwa penjaganya sabang waktu akan selalu membersihkan situs yang bersejarah ini. Saya melepas pandang di antara tebing.Â
Patung-patung yang dipahat di dinding tebing sebagian disinyalir sengaja dirusak, tapi syukur masih ada yang tersisa yang masih bisa di lihat oleh pengelana seperti saya. Terlihat pula tulisan di langit tebing yang berhuruf Belanda. Entah apa artinya saya hanya memendam tanya pada hati.
Kembali saya mengambil gambar sebagai bukti kunjungan. Setelah sibuk berfoto ria, saya dan bang Syarif melepas lelah sambil berbincang di atas batang pohon yang mengarah ke arah teluk. Beruntungnya lagi kami bersama warga yang ikut nimbrung. Jadilah saya mendengar tuturan pria paruh bayah ini tentang keberadaan situs dan beberapa warga setempat yang sering menemukan peninggalan masa lalu di sekitar areal situs.
Menurutnya, sejak dulu di tempat tersebut masih dianggap keramat oleh warga setempat. Kisah-kisah mistik masih diyakini oleh beberapa kalangan. Terlebih di malam-malam tertentu. Dulu, sebelum gunung di sekitar situs digundul untuk pembukaan lahan jagung, ada banyak cerita warga yang berseliweran tentang hal-hal yang diluar nalar manusia normal. Dan hingga kini cerita-cerita serupa masih mengawet dalam tuturan tetua kampung.
Hempasan angin laut menyapa kami yang tengah bersemai kisah tentang peninggalan nenek moyang membuat kantuk mulai menyerang. Suasananya sungguh adem. Jauh dari hiruk pikuk kesibukan duniawi. Di sini kami melihat bukti bahwa ada kehidupan manusia di tempat ini. Ada nilai kehidupan yang ingin di sampaikan lewat peninggalan tersebut yang hingga kini masih menggenerasi.
Peninggalan ini sekiranya untuk tetap dijaga dan dirawat untuk generasi di masa yang akan datang. Karena masa lalu penting sebagai modal untuk membangun karakter generasi bangsa agar tidak terlena dan terjerumus pengaruh dari luar.