KALA mentari pagi menyapa semesta. Sapuannya membangunkan yang terlelap mimpi. Engkau pun mekar menghiasi indahnya kehidupan. Keindahan mu mengademkan hati yang berkarat. Membangkitkan semangat yang dirajai lelah.
Menatap mu pagi ini, seolah memberikan harapan setelah lelah dan putus asa karena sisi gelapnya dunia. Warna warni mu telah menyalakan api semangat untuk menjalani hari. Cinta mu pada semesta tak perlu diragukan lagi. Banyak narasi yang telah menggambarkan kecantikan mu, hingga dunia pun tahu engkau memang indah.
Semerbak harum wangi mu menyeruak ke semesta. Kembang-kembang menyedot sari patimu untuk manisnya madu yang dihasilkannya. Engkau tak perlu di puji, bahkan engkau dijadikan alat pemujaan. Mekarmu disambut lembut cahaya pagi. Tidak cukup alasan untuk tidak menatapmu lama-lama.
Aku ingin seperti mu. Engkau memberi tanpa pamrih. Gugurmu tak lantas menghilang keindahan, dan semerbak harum mu. Tak ada protes jika kembang  merajuk dan pergi setelah manis di bawa pergi. Engkau setia memberi tanpa pernah menuntut untuk kembali.
Engkau menyirami inspirasi di benak ku pagi ini. Sapuan angin membuatmu bergerak, dan menambah indahnya tampilan mu di pandang semesta. Terlihat ayu melambai terasa sulit kaki bergerak dan menjauh meninggalkanmu.
Sebenarnya tak cukup kalimat untuk menggambarkan pesona mu. Tapi, aku berupaya walau sulit melakukannya. Ini demi suara hati yang menggambarkan kekaguman. Karena tidak cukup alasan  untuk tidak mengagumi pesona mu pagi ini. Pagi dimana semua memulai hari. Kelak jika engkau layu dan berguguran, tak menghilangkan kenanganku bersamamu.