Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kita Pernah Mengukir Kisah Bersama di Tanah Perantauan

17 September 2020   22:48 Diperbarui: 17 September 2020   22:51 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. #Raden't $uccess Forever#

ADA banyak cerita yang pernah terukir bersama, sesama anak kampung yang memilih kota yang sama untuk menimba ilmu. Jauh dari keluarga telah menautkan kebersamaan kami untuk saling menguatkan satu sama lain demi terjaganya nilai persaudaraan.

Ketika itu, di kota para daeng, kami banyak menyulam kisah. Baik kisah sedih kala rindu menghujam batin karena tidak merasakan lagi belaian tangan seorang ibu ketika malam meninggi di balut kesunyian. 

Bahkan terukir pula kisah senang bersama, ketika semua bisa berkumpul lalu memutuskan berbagi cerita untuk melanjutkan hari ketika tugas kuliah sepi dari peredaran. 

Kami tertawa bersama, saling menguatkan  satu sama lain. Bahkan  tidak jarang kami saling memberi dan berbagi sebagai tanda solidaritas karena senasib di tanah perantauan.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Kami sama-sama memahami dan mengejawantahkan prinsip, dimana bumi dipijak di situ langit di junjung. Tinggal di kampungnya orang, tentu kami mencoba beradaptasi dengan kondisi dan situasi yang ada, sambil mencoba survive di setiap momentum. Tanah Daeng, telah menjadi bagian dari perjalanan kehidupan kami. Kami sadar memilihnya, dengan segala konsekuensi yang bisa saja datang menimpa, di setiap waktu yang kami jalani.

Bahkan kami mencoba memulai hari dengan bisingnya kota Daeng yang terus berbenah. Kami ikut menjadi saksi tentang perubahan yang terjadi di setiap sudut kota. Sebagai kota metropolitan dengan segala dinamikanya, kami mencoba memahami dan mengerti bagaimana kota Daeng menatap zaman. 

Setiap waktu, kota Daeng terus bersolek dengan sapuan pembangunan yang hingar bingar di setiap sudutnya. Kami pun terus diajari bagaimana harus mengerti bagaimana seyogyanya hidup di dunia perkotaan ala kota Daeng. Tapi yang pasti, tidak ada di antara kami yang menyesali menautkan harapan di kota ini.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Sekian tahun kami jalani di tanah perantauan demi merawat satu impian, agar kelak bisa membahagiakan mereka yang kami tinggalkan yang nan jauh di sana. Kami pun tahu masa-masa di perantauan akan menjadi kenangan yang terindah di antara kami. Kami pasti tersenyum ketika mengingat beberapa kepingan kisah yang pernah terukir.

Salah satu kisah yang pernah terdokumentasi adalah ketika kami memutuskan menikmati semilirnya angin laut Tanjung Bayan Kota Makassar. Memilih refreshing di akhir pekan, adalah buah dari kesepakatan beberapa di antara kami. 

Menuju lokasi, kami harus mengendarai sepeda motor dengan membelah jalan kota yang sangat ramai. Di pantai, kami menikmati hari sambil memandang laut yang tak bertepi, membakar semangat untuk tetap terus yakin akan masa depan yang cerah.

Kini, setelah sekian tahun berlalu ketika raga ini telah kembali di tanah kelahiran, kisah itu mekar kembali setelah menatap beberapa lembar foto yang menjadi saksi bahwa kami pernah menguatkan selama di tanah perantauan. 

Masa itu, adalah salah satu masa terindah yang pernah kami ukir bersama, walaupun beberapa di antaranya telah pulang memenuhi panggilan ilahi. Saya menyadari bahwa tidak ada kebersamaan yang abadi, tetapi cinta dan persaudaraan akan tetap kekal dan tak akan lekang oleh waktu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun