Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pulang Kampung dan Merayakan Lebaran di Tanah Kelahiran

28 Mei 2020   15:19 Diperbarui: 28 Mei 2020   15:20 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


SAYA bersyukur tahun ini bisa merayakan lebaran di kampung halaman. Bisa kembali berkumpul dengan sanak saudara, keluarga dan orang tua. Walaupun lebaran tahun ini tidak semarak tahun lalu, tapi kerinduan untuk kembali berkumpul dengan orang terkasih di tempat kelahiran, dapat menjawab kerinduan setelah lama di tempat perantauan. 

Untuk bisa kembali ke tanah kelahiran, suatu kesyukuran. Mengingat, hampir semua kota pelabuhan di tanah air, di tutup karena upaya memutus mata rantai Covid-19. Awalnya, saya hampir memendam kerinduan untuk bisa merayakan  lebaran di kampung halaman. Surat edaran yang publikasikan pemerintah Nusa Tenggara Barat, bahwa bandara dan pelabuhan di tutup sementara waktu. Informasi itu, membuat harapan saya hampir pupus untuk menikmati suasana lebaran, sambil menyambangi tempat-tempat favorit yang penuh kenangan di kampung halaman. 

Alhamdulilah belakangan, informasi dari kawan-kawan yang duluan sudah berpijak di kampung halaman membuat harapan itu mekar kembali. Para pengandara jika memiliki kartu tanda penduduk di tempat tujuan, maka mendapat izin untuk bisa melakukan pelayaran dengan kapal penyebrangan.

Setelah urusan pekerjaan selesai, saya pun memutuskan kembali ke kampung halaman. Dari kota Mataram, setelah menunaikan sholat subuh, roda dua yang saya tumpangi membela sisa malam menuju pelabuhan Kayangan, Lombok Timur. Dalam perjalanan menuju pelabuhan, hampir tidak mendapat kendala berarti. Lalu lintas kendaraan tidak terlalu ramai, beberapa pasar yang biasa ramai di pinggir jalan terlihat sepi. Kebijakan pemerintah yang menutup tempat-tempat umum, memberikan dampak pada ruang-ruang publik termasuk pasar. 

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan, saya pun sampai di pelabuhan. Di pintu masuk, saya harus menepikan kendaraan. Pemeriksaan dilakukan petugas: surat kesehatan, kartu tanda penduduk, pengecekan suhu badan. Alhamdulilah semua beres. Pelabuhan nampak sepi. Kendaraan roda dua, roda empat, bahkan kendaraan  lintas provinsi bisa dihitung jari. Itu pun kalau punya jari. Begitu juga di dalam kapal, tempat duduk penumpang banyak yang kosong. Saya bisa memilih banyak tempat duduk, dan bahkan saya bisa memilih untuk berbaring dan merajuk mimpi sambil menikmati angin laut nan sejuk.

Nampaknya cuaca kali ini tidak bersahabat. Gumpalan awan tebal membumbung di langit selama berlayar.

Dalam radius yang terjangkau mata, pelabuhan Poto Tano terlihat jelas di gugus tebing, ujung Pulau Sumbawa setelah berlayar sekitar 2 jam lamanya. Sebelum bersandar, kapal yang saya tumpangi tiba-tiba diguyur hujan lebat, hingga membasahi sebagian badan kapal.  Setelah kapal bersandar dan melajukan kendaraan, terlebih dahulu saya memutuskan untuk menyimpan handphone di tempat yang aman, agar tak terjangkau air hujan. 

Sekitar satu kilo meter dari arah Pelabuhan Poto Tano, saya harus kembali diperiksa oleh tim medis setempat. Tidak lama. Kembali di bawah guyuran hujan yang membasahi bumi, saya melajukan kendaraan roda dua yang saya tumpangi, untuk membelah jalan Pulau Sumbawa yang cukup panjang dan berkelok. Perjalanan yang cukup melelahkan, sesekali penuh kehati-hatian karena di beberapa titik terdapat jalan berlubang. 

Menempuh perjalanan panjang sekian kilo meter, dibutuhkan tenaga prima, ke-fokus-an, harus menahan rasa kantuk yang menyapa, menepikannya, menekannya dalam-dalam, agar laju kendaraan tetap berada pada porosnya. Jika kurang fokus, bisa berisiko. Saya memutuskan untuk tidak singgah dan berhenti selain mengisi bensin motor. Sebab, tidak cukup alasan untuk menepi karena sekujur badan sudah basah karena air hujan. 

Setelah sekian jam perjalanan, akhirnya saya kembali menyapa kota Dompu sekitar pukul 15:30, dengan pakaian yang basah di badan. Walaupun begitu, kelelahan terjawab oleh pemandangan yang cukup eksotik selama perjalanan. Birunya laut, gunung yang menjulang tinggi, hamparan ladang warga, kampung-kampung yang berderet serta hilir mudik warga yang keluar masuk di pasar Sumbawa, merupakan sederetan pemandangan yang dijumpai selama perjalanan. 

Sebelum benar-benar menyapa keluarga di kampung yang masih jauh dari Kota Dompu. Saya memutuskan singgah terlebih dahulu di rumah nan megah milik Kakanda Iskandar Pasdompu, selaku anggota DPR Kabupaten Dompu. Kali ini saya sedikit beruntung, karena beliaunya ada di rumah dan menyambut saya dengan senyum sumringahnya. Walaupun saya dalam keadaan basah, beliau tidak segan mempersilakan saya duduk di kursi empuknya nan megah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun