Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Menimba Ilmu di Kota Daeng

13 April 2020   07:38 Diperbarui: 13 April 2020   10:37 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari-hari yang saya jalani bersama kawan-kawan ketika itu tidak jauh dari rapat, mengecek spanduk, mengetik surat, dan berdialog dengan birokrasi yang kadang menjengkelkan.

Salah satu yang paling menyenangkan ketika itu ialah bisa sering berkumpul  dan makan bersama dengan kawan-kawan yang selalu stand bay di sekretariat. 

Jangan pernah bertanya berapa kali mencuci baju, berapa kali makan, berapa kali piknik dan berapa kali mandi satu hari. Semua itu tidak menentu, urusan makan saja kadang hanya satu hari sekali, itupun selalu makan bersama walaupun hanya satu bungkus nasi. 

Tidur di sekretariat jauh dari kata nyaman, buku bahkan tas cukup sering menjadi pengganti bantal. Begitu juga dengan rambut dan shampoo, sangat jarang bersua dan bersilaturahmi dalam satu kesempatan yang disebut mandi.

Di sekretariat, saya dan kawan-kawan senasib dan sepenanggungan, bahkan tanggung jawab di struktur kelembagaan boleh berbeda, tapi keseharian sangatlah egalitarian.

Kami mengasah kepekaan, menyelami makna kebersamaan, dan memompa keberanian kala kebijakan penguasa yang tak berpihak kepada semesta.


Memilih hidup menjadi mahasiswa yang  berlembaga, merupakan pilihan yang berani dan penuh tantangannya sendiri. Kawan-kawan yang berada dipucuk kelembagaan merupakan garda terdepan, baik menyikapi isu, mendiskusikannya, memobilasi dan bahkan menyuarakannya kepada mereka yang tak tahu bagaimana semestinya menjadi pemimpin.

Di internal, mereka akan berhadapan dengan birokrasi kampus yang cukup sering memasung serta mengkangreng kreatifitas kawan-kawan di lembaga. 

Droup Out, Skorsing, merupakan label yang sering dialamatkan oleh pihak kampus kepada mereka yang lantang menyuarakan kebenaran. Kepada mereka yang mengasah kepedulian, mereka yang belum ternodai hausnya kekuasaan, mereka yang menjadi barisan terdepan ketika keadilan di cabik-cabik oleh kerakusan pembual yang sering wara-wiri di layar kaca.

Ketika mereka berdiri di atas mobil water canon, dengan suara membahana di udara, dan saya hanya berkesempatan memegang spanduk dan ikut meneriakan yel-yel yang mereka gelorakan.

Dokpri
Dokpri
Dokpri. Bersama angkatan 2006, Ilmu Sejarah, FIB UNHAS MAKASSAR
Dokpri. Bersama angkatan 2006, Ilmu Sejarah, FIB UNHAS MAKASSAR
Hidup berlembaga merupakan bagian yang memiliki kisahnya sendiri ketika berlabel mahasiswa. Di sana banyak kawan yang merawat idealisme, menjaga asa, dan membangun massa untuk menusuk pantat penguasa. Kemudian gagasan kadang sering berbenturan kala rapat di lakukan, namun akan se ia sekata, kala ketidak adilan ternodai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun