Mohon tunggu...
Mansur AM
Mansur AM Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menulis dan berbagilah ...\r\n\r\n\r\nBlog: www.notamansur.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Universitas Rutin Simulasi Gempa dan Tsunami

8 Juli 2011   12:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:50 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan Perjalanan 10 Hari Peserta Jenesys 2011 ke Jepang (7) [caption id="attachment_121464" align="alignright" width="300" caption="Suasana makan malam di Tochigi"][/caption] KUNJUNGAN ke Universitas Tohoku menutup agenda Jenesys 2011 di Kota Sendai, Jepang, Jumat (24/6/2011). Universitas yang terletak di Prefektur (Provinsi) Miyagi merupakan universitas terbaik dunia ketiga di bidang ilmu sains. Berdasarkan survey Jurnal Thomson Scientific ESI, salah satu jurnal rujukan utama dunia. Albert Einsten pernah berkunjung ke universitas ini Tahun 1922. "Fasilitasnya sangat mengagumkan," kata Einsten dalam testimoninya yang dipajang di kampus ini. Kampus ini juga terpilih sebagai perguruan tinggi terbaik selama lima tahun terakhir di Jepang berdasarkan survey Harian Asahi. Koran beroplah terbesar di Jepang. Peserta diterima Wapres Eksekutif Universitas Tohoku, Prof Taichi. Sejumlah mahasiswa asal Indonesia menyambut kedatangan rombongan. Termasuk dosen arsitektur Unhas, Ali Raja. Ali mengambil program doctoral jurusan teknik arsitektur. Sambutan yang sangat luar biasa. Kampus mengelola kelas internasional. Sebanyak 1.511 mahasiswa dari 45 negara menimba ilmu. Perinciannya; 1.112 lewat jalur mandiri, 346 melalui beasiswa pemerintah Jepang, dan 53 atas biaya Negara bersangkutan. Indonesia menempati peringkat ketiga terbanyak mahasiswa Asing. China di urutan pertama (744 mahasiswa), Korea (220), lalu Indonesia (59 mahasiswa). Civitas akademik kampus terlibat langsung dalam penyusunan tata ruang kota. Termasuk merancang bangunan anti-gempa. Civitas akademika sangat terpukul dan merasa paling bertanggungjawab setelah jatuhnya puluhan ribu korban akibat gempa dan tsunami  yang meluluhlantakkan Jepang Timur, 11 Maret lalu. Sebanyak 14.435 korban tewas, 5.314 terluka, dan 76.713 bangunan hancur total. Termasuk ratusan ribu warga mengungsi. Korban terbesar ada di Prefektur Miyagi, di mana kampus ini berada. Universitas ini benar-benar menjalankan prinsip pengabdian kepada masyarakat. Bukan sekadar retorika. _______________***____________ PUSAT kota Sendai sebagai ibu kota prefektur aman dari amukan gempa dan tsunami. Kampus terlibat langsung dalam perencanaan tata ruang kota. Termasuk aktif membimbing warga melakukan simulasi saat bencana. Simulasi terhadap gempa dan tsunami rutin digelar sejak 2002. Caranya, membentuk komunitas warga berbasis rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW). Sedikitnya 91 persen dari total 1,02 juta warga Sendai telah berpartisipasi pada simulasi ini. Hasilnya? Tak satupun penduduk Sendai yang jadi korban gempa dan tsunami. Mahasiswa Universitas Indonesia (UI), Ramdani Fatwa, menceritakan pengalamannya mendampingi warga Pulau Nonoshima melakukan simulasi gempa dan tsunami sejak 2008 lalu. Hasilnya, tak satu pun dari 80 warga pulau yang meninggal saat bencana dahsyat tersebut melanda. Warga telah mengungsi 40 menit sebelum tsunami datang. "Pengetahuan tentang ciri-ciri tsunami diceritakan turun-temurun. Warga pulau menghadapi tsunami hebat tahun 1800-an. Kami tinggal membantu melakukan simulasi. Alhamdulillah, hasilnya memuaskan," kata Ramdani. Dari Universitas Tohoku, Peserta Jaringan Pertukaran Pemuda dan Pelajar antara Jepang-Asia Timur (Jenesys) kembali ke Tokyo. _________***___________ RUTIN melakukan simulasi gempa dan tsunami. Ini menjadi kata kunci warga Jepang mempersiapkan diri menghadapi bencana. Sebagai salah satu daerah yang berada di kawasan pesisir Laut Pasifik, gempa merupakan hal biasa bagi masyarakat. Pengetahuan cara menyelamatkan diri dari bencana gempa juga diajarkan di sekolah. Khusus di Tokyo, sebagai pusat pemerintahan Jepang, pemerintah telah melakukan persiapan matang menghadapi gempa dengan skala di atas 7 SR. Salah satunya, membentuk Pusat Penanganan Bencana Gempa yang berpusat di distrik Ariake-no-Oka, pusat Kota Tokyo dan Distrik Higashi-Ogishima. Kedua pusat penanganan bencana ini selesai tahun 2007 lalu. Anggarannya kurang lebih 58 miliar Yen (Rp 6,2 triliun). Peserta Jenesys berkunjung ke distrik Ariake, Jumat (24/6). Peserta diterima Kepala Fasilitas Manajemen Bencana, Takano Hitosi dan Kepala PRomosi, Ichida Takesi. Tiap enam bulan, rutin melakukan simulasi gempa dengan kekuatan 7,3 SR. Tokyo diperkirakan mengalami gempa hebat di atas 8 SR sekali dalam 200 tahun. Ini berdasarkan urutan gempa yang terjadi dalam sejarah. Gempa berkekuatan 8 SR terjadi tahun 1703 dan 1923. Gempa besar diperkirakan terjadi 2100 nanti. "Tapi gempa tidak bisa diprediksi secara tepat. Pemerintah dan parlemen menyepakati anggaran pusat bencana ini sejak 2002 lalu untuk berjaga-jaga," kata Takano. Pusat penanganan bencana ini seluas 13,2 hektar. Dilengkapi fasilitas modern. Termasuk lapangan yang bisa menampung tujuh helicopter dan ribuan sukarelawan. Pada hari biasa, tempat ini ramai dikunjungi. Baik warga Tokyo  maupun warga dari provinsi lain. Tempat ini juga menjadi objek wisata bagi turis mancanegara. Ada simulasi cara menghadapi gempa. Peserta Jenesys mendapat kesempatan melakukan simulasi gempa selama lebih 30 menit. Suasana ruangan didesaian mirip seperti baru saja terjadi gempa. Saat berada di lift, ada goncangan dengan skala 6 SR. lampu padam, sirene tanda bahaya di mana-mana. Bangunan dan tiang listrik yang roboh juga diperlihatkan. Di akhir simulasi, film mengenai dampak bencana diputar. Kunjungan ini member pelajaran berharga tata cara menghadapi gempa. Terutama berusaha bertahan hidup tiga hari setelah gempa. Acara diakhiri dengan kunjungan kehormatan ke kantor Kementerian Luar Negeri Jepang di Chiyoda-Ku, pusat Tokyo. Sekjen Kemenlu Jepang, Yutaka Banno, menyambut rombongan. Banno didampingi Direktur ASEAN Department, Takasi Katae, dan Jubir Kemenlu, Satoru Satoh. Satoh pernah menajbat wakil Dubes Jepang untuk RI, 2002 lalu.(*) Mansur AM, Kuli tinta di Makassar catatan: Sebagian naskah pernah dimuat di tribunnews.com dan tribun-timur.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun