Mohon tunggu...
Supriyadi
Supriyadi Mohon Tunggu... Penulis

Penulis, Pendaki gunung, Relawan Small Action, Petani Hidroponik

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Perjalanan Turun Kembali ke Basecamp

14 Juni 2025   18:14 Diperbarui: 14 Juni 2025   18:14 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berpegangan tali (foto: dokpri)

Catatan Pendakian Gunung Slamet 3428 MDPL  ( bagian 5 )

Perjalanan turun dari puncak tak kalah melelahkan. Untuk turun ini kami memilih jalur utama yang ada tali pegangan agar tidak tergelincir. Kami tidak bisa bebas melangkah karena takut menginjak batu labil yang bisa lepas. Dan di jalur utama ini masih terdapat medan berpasir dan kerikil kecil yang kalau diinjak relatif masih lebih aman. Tapi tetap harus ekstra hati-hati agar tidak sampai terjatuh.

Beruntung saya memakai sarung tangan sehingga waktu berpegangan pada tali telapak tangan masih ada pengamannya tidak sampai lecet. Dan keberadaan treking pole di medan seperti ini sangat membantu sekali. Perjalanan turun relatif lebih cepat dibanding saat naik tadi. Saya berhenti berjalan ketika tiba di pos 5 Watu Ireng. Saya berhenti sebentar, lalu ambil HP untuk memotret plakat pos 5 yang terbuat dari seng berbentuk segi empat yang dipaku pada sebatang kayu kering. Di sekelilingnya terdapat beberapa pohon santigi atau manisrejo setinggi 30cm. Pohon manisrejo inilah satu-satunya habitat flora yang mampu bertahan hidup di ketinggian gunung.

Jalur utama arah puncak yang dilengkapi tali peganga ( foto:dokpri)
Jalur utama arah puncak yang dilengkapi tali peganga ( foto:dokpri)

Saya meninggalkan Pos 5 ketika jarum jam menunjuk angka 09.08. Saya berjalan menyusuri jalan setapak menuju batas vegetasi hutan. Tak berapa lama saya sudah tiba di rerumbunan pepohonan yang menjadi tanda batas vegetasi hutan ini. Beberapa orang pendaki yang ngecamp di tempat ini terlihat sedang menikmati sarapan pagi. Beberapa yang lain sedang membongkar tenda mereka. Saya berlalu begitu saja melewati mereka.

Saya berjalanan menyusuri jalur turunan menuju basecamp sendirian. Beberapa orang teman sudah berjalan sekian menit di depan saya, sedang yang lain masih ada di belakang. Sesekali saya bertemu dengan pendaki lain yang sedang istirahat di bawah rerimbunan pohon. Saya sapa mereka dengan senyuman dan teguran seperlunya sambil terus berjalan. Beberapa kali saya harus menepi ketika ada pendaki lain yang akan mendahului saya.

Kondisi puncak yang penuh sesak pendaki (foto:dokpri)
Kondisi puncak yang penuh sesak pendaki (foto:dokpri)

Untungnya jalur yang saya lalui ini jelas dan tidak ada cabangan, jadi mudah untuk diikuti. Salah satu jalur yang masih saya ingat semalam adalah melewati sebuah tangga turunan dari kayu sebelum melewati jalan datar lalu medannya menanjak. Dan pagi ini saya bertemu lagi dengan jalur tersebut yang ternyata itu adalah sebuah sungai kering.

Setelah melewati sungai kering medannya cenderung landai. Tak butuh waktu lama saya sudah bertemu dengan beberapa tenda pendaki di tepi jalur. Mereka ini adalah pendaki yang kemarin sore tidak mendapat tempat ngecamp di basecamp. Dari arah depan mulai terdengar suara orang riuh bercakap-cakap yang menandakan bahwa basecamp sudah tidak jauh lagi. Dan benar saja, tidak sampai hitungan lima menit saya sudah tiba di basecamp. Setelah melepas sepatu, gaiter, dan jacket, saya masuk tenda dan merebahkan diri di matras berbantal sleeping bag untuk melepas lelah sejenak.

Saya tidak bisa sepenuhnya lelap memejamkan mata. Sebab derap kaki pendaki turun yang melewati jalan kecil di samping tenda begitu jelas terdengar. Tapi setidaknya sudah bisa melepas lelah setelah perjalanan ke puncak pagi ini. Selera makan saya bagi ini masih belum pulih. Saya hanya makan beberapa sendok mie instan goreng yang masih hangat. Selebihnya saya ganjal perut dengan aneka snack dan minuman cokelat.

Selesai sarapan saya segera berkemas untuk perjalanan turun kembali ke basecamp. Rencananya maksimal jam 12.00 siang kami akan turun meninggalkan camp ground. Tapi, ternyata team kami baru selesai bongkar tenda dan packing perlengkapan menjelang jam 12.30. Sebelum kami pergi sudah ada pendaki yang baru datang dan akan mendirikan tenda di tempat kami. Mereka sabar menunggu hingga kami selesai berkemas.

Oh ya, semua sampah plastik bekas bungkus makanan dan limbah sampah lainnya kami masukkan semua ke dalam trash bag dan kami bawa turun. Sebagai pendaki gunung kita tidak boleh mengotori gunung dengan meninggalkan sampah kita. Terutama sampah plastik harus kita bawa kembali turun ke basecamp biar tidak mencemari gunung.

Dan team kami memulai perjalanan turun meninggalkan lokasi perkemahan pendaki ini pada pukul setengah satu siang. Ketika itu jumlah pendaki yang camping di basecamp masih sangat banyak. Tenda-tenda pendaki yang turun segera digantikan oleh tenda pendaki yang baru sampai di tempat ini. Kami harus berjalan melewati tenda-tenda yang berdiri berhimpitan.

Beberapa pendaki beristirahat melepas lelah (foto:dokpri)
Beberapa pendaki beristirahat melepas lelah (foto:dokpri)

Dalam perjalanan turun kami berjumpa dengan banyak rombongan pendaki yang baru mulai naik pada hari Minggu ini. Jumlah mereka yang naik seakan lebih banyak daripada jumlah pendaki yang turun. Maklum besuk Senin tanggal merah, dan hari Selasa instasi pemerintah masih libur cuti bersama. Jadi, banyak pendaki yang baru mulai naik gunung Slamet pada hari Minggu ini.

Team kami yang berjalanan beriringan akhirnya bergabung dengan pendaki lain yang ada di depan kami. Dan akhirnya membentuk satu rombongan yang panjang hingga pendaki yang naik haris rela menyisih memberi jalan ketika kami lewat. Situasi seperti ini terus terjadi hingga kami tiba di Pos 3.

Ketika tiba di Pos 3 saya melihat banyak tenda yang berdiri disana. Rupanya banyak pendaki yang memilih bermalam disini karena di atas sudah penuh. Selepas dari Pos 3 rombongan besar pendaki yang turun sudah mulai terpecah-pecah menjadi rombongan kecil. Dan selanjutnya dalam perjalanan turun giliran kami yang harus menyisih ketika beberapa kali bertemu dengan rombongan besar yang naik.

Ketika sampai di pos 2 saya bertemu dengan banyak pendaki yang sedang duduk istirahat. Mereka ada yang sedang menikmati makan siang. Dan ada yang hanya duduk-duduk gobrol bersama teman-temannya. Saya memilih berhenti disini untuk membetulkan tali sepatu dan melepas dahaga sejenak.

Melihat rombongan besar pendaki yang naik, sepertinya di atas sana akan lebih penuh sesak hari ini. Jumlah pendaki yang naik gunung Slamet via jalur Permadi Guci liburan kali ini sungguh banyak sekali. Saya tidak sempat mampir ke basecamp untuk menanyakan jumlah pendaki yang naik pada akhir pekan ini. Tapi dari pantauan di lapangan jumlah pendaki yang naik bisa menyentuh angka ribuan, saking banyaknya.

Rombongan pendaki Indrialoka Adventure (foto:dokpri)
Rombongan pendaki Indrialoka Adventure (foto:dokpri)

Tiba di Pos 1 saya dan team segera ikut barisan antri ojek. Awalnya pendaki sempat berebut antrian, tapi setelah kami dengan dibantu bapak penjual warung berinisiatif mengatur antrian akhirnya mereka mau menerima. Kami harus menunggu beberapa saat sebelum tiba giliran naik ojek gunung. Tambah lama antrian semakin panjang seiring dengan kedatangan pendaki yang baru turun di pos 1.

Team kami tiba di rumah singgah sebelum hujan turun. Hujan baru benar-benar turun ketika kami sudah berada di dalam rumah. Setelah istirahat sejenak, saya segera mandi dan berganti pakaian dan menunaikan kewajiban sholat di rumah ini. Setelah menyelesaikan urusan pembayaran dengan porter, kami segera pamit pulang dan meninggalkan rumah singgah.

Agenda selanjutnya kami akan pergi ke pemandian air panas Guci untuk berendam untuk menghilangkan pegal-pegal di badan. Namun, karena pertimbangan waktunya yang kurang tepat dan informasi dari warga bila pada akhir pekan begini di Guci sangat ramai orang yang mandi, akhirnya kami memutuskan untuk membatalkan acara berndam air panas. Pilihan berikutnya adalah mencari warung makan untuk mengisi perut dan melanjutkan perjalanan pulang. Dan akhirnya kami berhenti di sebuah warung makan lalapan ayam goreng sebagai pilihan makan malam hari itu.

Dan cerita perjalanan pendakian gunung Slamet via Permadi Guci pun berakhir. Sebuah perjalanan yang begitu mengasyikkan dan memberikan berjuta kenangan bagi kami dan team Indrialoka Adventure. Terima kasih bagi anda yang sudah berkenan membaca dan mengikuti kisah perjalanan kami ke gunung Slamet.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun