Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menikmati Kuliner dari Stasiun Klaten hingga Kantor Cabang BRI Klaten

2 September 2025   08:03 Diperbarui: 2 September 2025   08:03 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengemudi ojol menunggu penumpang (dokpri)

Sebelum sampai ke kantor cabang BRI Klaten, ada sebuah warung yang cukup menggoda. Beberapa waktu silam saya pernah diajak makan di warung tersebut. Hidangan yang saya inginkan adalah sayur lotek (semacam gado-gado atau pecel). 

Warung tersebut cukup ramai. Selain pembeli nyata (pembeli yang datang langsung ke warung), ada pembeli dari dunia maya, yaitu pembeli yang memesan makanan secara daring. Tampak di luar warung ada beberapa pengemudi ojol menunggu makanan yang dipesan secara daring.

Saya perlu bersabar menunggu makanan yang saya pesan, yaitu satu porsi lotek. Sambil menunggu makanan yang saya pesan disiapkan, seperti biasa, saya melakukan aksi jeprat-jepret. Kebetulan poster daftar harga tertempel di dinding dalam ukuran besar.

Menunggu makanan lotek yang dipesan (dokpri)
Menunggu makanan lotek yang dipesan (dokpri)

Pada saat itu ada dua orang laki-laki yang sudah agak tua sedang menikmati makanan. Mereka berbincang sambil menghabiskan makanan yang ada di piring masing-masing.

Makanan lotek ala Klaten (dokpri)
Makanan lotek ala Klaten (dokpri)

Tidak berapa lama, hidangan lotek disajikan. Aroma bumbu cukup menusuk hidung. Ciri khas lotek berupa kencur terasa spesial di lidah. Saya cukup lahap menyantap lotek yang segar dan dapat menggoyang lidah.

Dalam sekejap isi piring ludes (dokpri)
Dalam sekejap isi piring ludes (dokpri)

Dalam waktu sekejap, isi piring sudah kosong. Tinggal sendok dan garpu berada di atas piring. Sisa-sisa bumbu lotek tentu saja masih ada karena tidak mungkin saya habiskan hingga bersih dengan cara (maaf) dijilati.

Ketika pemilik warung sedang membersihkan meja di sebelah saya, dengan santun saya berucap, "Bu minum teh panas!". Sebelumnya saya sudah memesan tetapi hingga makanan lotek habis saya santap, minuman belum diantarkan juga.

Teh manis panas harga Rp 3.000 (dokpri)
Teh manis panas harga Rp 3.000 (dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun