Sebelum sampai ke kantor cabang BRI Klaten, ada sebuah warung yang cukup menggoda. Beberapa waktu silam saya pernah diajak makan di warung tersebut. Hidangan yang saya inginkan adalah sayur lotek (semacam gado-gado atau pecel).Â
Warung tersebut cukup ramai. Selain pembeli nyata (pembeli yang datang langsung ke warung), ada pembeli dari dunia maya, yaitu pembeli yang memesan makanan secara daring. Tampak di luar warung ada beberapa pengemudi ojol menunggu makanan yang dipesan secara daring.
Saya perlu bersabar menunggu makanan yang saya pesan, yaitu satu porsi lotek. Sambil menunggu makanan yang saya pesan disiapkan, seperti biasa, saya melakukan aksi jeprat-jepret. Kebetulan poster daftar harga tertempel di dinding dalam ukuran besar.
Pada saat itu ada dua orang laki-laki yang sudah agak tua sedang menikmati makanan. Mereka berbincang sambil menghabiskan makanan yang ada di piring masing-masing.
Tidak berapa lama, hidangan lotek disajikan. Aroma bumbu cukup menusuk hidung. Ciri khas lotek berupa kencur terasa spesial di lidah. Saya cukup lahap menyantap lotek yang segar dan dapat menggoyang lidah.
Dalam waktu sekejap, isi piring sudah kosong. Tinggal sendok dan garpu berada di atas piring. Sisa-sisa bumbu lotek tentu saja masih ada karena tidak mungkin saya habiskan hingga bersih dengan cara (maaf) dijilati.
Ketika pemilik warung sedang membersihkan meja di sebelah saya, dengan santun saya berucap, "Bu minum teh panas!". Sebelumnya saya sudah memesan tetapi hingga makanan lotek habis saya santap, minuman belum diantarkan juga.