Suatu ketika, mertua meminta agar istri saya pulang. Bapak mertua sakit-sakitan. Ibu mertua tidak sanggup seorang diri merawat suaminya. Masih ada empat anak yang sekolah (adik-adik istri saya).
Keputusan harus diambil, istri saya rela pulang ke rumah orang tuanya dengan membawa dua anak kami yang masih duduk di bangku SD kelas tiga dan kelas satu. Untung masih SD. Dua anak kami dititipkan di sekolah terdekat dengan rumah mertua.
Sebagai suami saya harus merelakan hal itu terjadi. Beberapa bulan istri di rumah orang tuanya. Saya harus bersabar dan tetap bersyukur karena istri masih diberi kesempatan merawat ayah kandungnya hingga menjelang ajal.
Pengalaman Anak Menantu
Pada saat menikah, menantu dari anak pertama saya masih bekerja. Anak saya dan menantu bekerja dalam satu kantor. Ketika anak pertama dilahirkan (cucu saya) sang menantu mengajukan diri untuk berhenti bekerja.
Keputusan berhenti bekerja itu tentu saja atas kesepakatan mereka berdua (anak dan menantu). Kami orang tuanya tidak ikut campur. Mereka yang berumah tangga, tentu mereka yang sudah mempertimbangkan segala sesuatunya.
Menurut dugaan saya, sang menantu berhenti bekerja karena ingin merawat cucu kami dengan sepenuh hati. Menantu tidak ingin cucu kami diasuh oleh baby sitter dengan berbagai pertimbangan.Â
Pensiun pada saat masih produktif dilakukan menantu saya karena tanggung jawab pada generasi penerus. Mengasuh anak zaman sekarang tidaklah mudah. Pengasuh atau baby sitter saat ini juga tidak murah bayarannya per bulan.
Tidak ingin menantu merepotkan ibu kandungnya dengan dititipi cucu seperti banyak dilakukan oleh wanita yang masih ingin bekerja di luar rumah. Tidak pula ingin menantu menitipkan kepada saya dan istri saya yang tinggal jauh di luar pulau tempat tinggalnya.
Keputusan Pensiun Diambil Harus dengan Bijak
Saat ini anak dan menantu berada atau mengalami Generasi Sandwich seperti saya dahulu. Waktu itu, istri saya rela selama beberapa bulan merawat ayahandanya hingga menjelang ajal. Itu artinya istri saya sangat menghormati Generasi Atas. Tidak ingin dianggap sebagai anak durhaka, istri saya tidak menolak ketika diminta pulang ke rumah orang tuanya.