"Tolong temani Pak Pri, sudah datang beliau!"
Saya merasa kaget sekaligus senang mendengar informasi dari kepsek SMP 1 PPU saat akan menuju lantai dua. Pak Budi sedang ada keperluan di lantai satu sehingga saya diminta ke ruang tamu kepsek di lantai dua.
Acara pertemuan diisi dialog antara fasilitator dengan perwakilan peserta didik, staf tata usaha, guru, dan komite sekolah. Pak M. Agus, guru bahasa Inggris SMP 1 PPU bertindak selaku pembawa acara. Suasana cukup akrab dan "cair". Para guru dapat menyampaikan permasalahan sejak PSP digulirkan. Demikian pula staf tata usaha dan perwakilan peserta didik.
Guru BK (Bimbingan dan Konseling) menyampaikan permasalahan terkait sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB). Kondisi sekolah ada perubahan "agak menurun" sejak sistem zonasi diberlakukan di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Keluhan serupa pasti dialami oleh sebagian besar sekolah yang pada masa lalu melakukan PPDB melalui seleksi khusus.
Kunjungan fasilitator pada hari Rabu tersebut dapat memberikan sedikit pencerahan kepada para guru, staf tata usaha, dan perwakilan peserta didik.
Sekolah Penggerak memang program pemerintah yang "akan berakhir/akan dicanangkan" pada tahun 2024. Saat ini baru beberapa ribu sekolah di Indonesia yang dapat "mencicipi" pahit manisnya Kurikulum Merdeka. Sebagian besar sekolah masih menerapkan Kurikulum 2013 (K-13). Untuk beberapa sekolah pada kelas awal sudah "belajar" menerapkan IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) dengan "tertatih-tatih" karena jalur daring yang harus ditempuh.