Mohon tunggu...
Suprianto Haseng
Suprianto Haseng Mohon Tunggu... Lainnya - Pemuda Perbatasan, PAKSI Sertifikasi LSP KPK RI

Perjalanan hari ini bermula dari seberkas pengalaman yang tertumpah di sepanjang jalanan hidup. Seorang pribadi yang biasa-biasa saja dan selalu ingin tampil sederhana apa adanya bukan ada apanya. Berusaha menjaga nilai integritas diri..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dedikasinya Luar biasa untuk Anak Bangsa di Teras Perbatasan

24 Agustus 2022   08:50 Diperbarui: 24 Agustus 2022   08:52 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rusia, S.Pd. Sosok guru teladan yang luar biasa di Perbatasan, Pulau Sebatik, Indonesia (Dok. Rusia)

Apa yang terlintas di pikiran ketika mendengar kata daerah perbatasan dan pedalaman?

Mungkin pandangan sebagian banyak orang adalah lemahnya rasa nasionalisme yang mereka miliki. Sebagian orang tersebut mungkin berpikir juga bahwa masyarakat di sana mempunyai rasa nasionalisme yang lemah terhadap negaranya sendiri dan malah mencintai negara tetangganya. 

Yah demikianlah anggapan banyak orang diluar sana yang belum pernah merasakan seperti apa hidup di daerah perbatasan dan pedalaman ini. Tetapi di balik cerita tersebut dan dengan kondisi seperti itu, jangan pernah berpikir bahwa rasa nasionalisme masyarakat perbatasan itu luntur atau bahkan hilang. Justru dengan kondisi seperti itulah yang malah membuat nasionalisme masyarakat perbatasan dan anak-anak semakin tinggi.

Ketika di seberang sana masyarakat melihat negara tetangganya yang ramai dengan hiruk pikuk, kebutuhan yang mudah didapat, sarana yang cukup lengkap hingga listrik yang setiap hari selalu menyala dan menerangi gelapnya ketika saat tiba malam hari. Keadaan tersebut justru berbanding terbalik dengan kondisi yang ada di daerah yang katanya nasionalismenya rendah ini. 

Suasana yang sepi, kebutuhan yang serba terbatas, hingga listrik yang terkadang mati ketika saat malam menjadi keseharian yang mereka alami dan mereka rasakan. 

Bagi yang belum pernah merasakan hidup dan tinggal mungkin penasaran.

Banyak juga orang di luar sana yang bangga pernah menuntut ilmu di sekolah unggulan di kota besar, bangga bisa bersekolah yang berstandar internasional dan bahkan bangga diajari oleh guru-guru yang memiliki pengalaman dan prestasi luar biasa. Namun, itu semua tidak berharga bagiku yang hanya pernah sekolah di daerah perbatasan negara. yang gedung sekolah sendiri juga tidak punya.

Aku bangga pernah diajari oleh salah satu guru ASN yang luar biasa dedikasinya untuk anak bangsa di teras perbatasan. Berbicara mengenai dedikasi seorang ASN, saya tidak meragukan lagi dengan Sosok guru di perbatasan Sebatik, Indonesia. Beliau adalah Ibu Rusia S.Pd atau lebih akrab disapa dengan sebutan ibu Chia oleh anak didiknya. 

ASN ini mulai mengabdikan dirinya untuk anak bangsa sejak tahun 2005. Saya tidak bisa bayangkan bagaimana sibuknya ASN satu ini yang harus membagikan waktunya 24 jam untuk mencerdaskan anak bangsa. Sangat jarang ada ASN yang ikhlas ditempatkan di daerah perbatasan yang serba kekurangan selama belasan tahun.

Di tengah keterbatasan, yang bisa dikatakan terisolasi dari kehidupan dunia modern, hidup jauh dari perkotaan ditambah lagi pada waktu itu, saya belum memiliki gedung sekolah sendiri hingga saya tamat SMA. Beliau tetap bersabar, mendidik kami dengan penuh pengertian, perhatian, dan selalu menasehati dan memotivasi kami untuk terus giat belajar meskipun dalam keadaan serba terbatas. Atas motivasi dan dorongan yang kuat dari beliaulah saya bisa berada di ibu kota Jakarta 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun