Mohon tunggu...
Supri Alvin
Supri Alvin Mohon Tunggu... Jurnalis - Pimpinan Umum Pers Mahasiswa Suarausu 2019, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Stambuk 2017, Editor, Freelance Wedding Videographer.

Pimpinan Umum Pers Mahasiswa Suarausu 2019, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU Stambuk 2017, Editor, Freelance Wedding Videographer.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mencegah Klaster Baru Covid-19 dari Pesta Pernikahan

20 September 2020   10:05 Diperbarui: 20 September 2020   10:11 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah kebijakan pembatasan aktivitas sosial dan ekonomi pada Maret hingga Juni lalu, kini pemerintah memberlakukan secara bertahap kebijkan New Normal atau Adaptasi Kebiasaan Baru. Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmita mengatakan, Adaptasi Kebiasaan Baru adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun tetap menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19 (Detik, 2020).

Menyusul kebijakan tersebut, pada 26 Juni 2020, Kapolri Jenderal Idham Aziz mencabut maklumat larangan berkumpul atau mengadakan kegiatan yang berpotensi mengundang kerumunan massa yang dikeluarkan pada Maret 2020. Salah satu bentuk tindakan pengumpulan massa yang dimaksud ialah acara pesta pernikahan.

Ancaman Klaster Baru

Masih segar di ingatan, pada Juni lalu terjadi lonjakan kasus di Kota Semarang yang berawal dari pesta pernikahan. Acara bahagia itu berakhir duka karena satu per satu kerabat terinfeksi virus corona dan beberapa di antaranya meninggal dunia. Dilansir dari Kompas, pesta pernikahan itu berlangsung pada pertengahan Juni dengan melibatkan lebih dari 30 orang. Hal serupa terjadi di India. Sebanyak 95 tamu yang menghadiri pesta pernikahan terinfeksi virus corona. Sementara, pengantin pria meninggal dua hari usai resepsi (CNN 2020).

Ketika saya menjadi videographer pada pesta pernikahan di Medan, bulan Juli-Agustus, tidak ada pesta yang memenuhi standar protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah. Tidak memakai masker, bersalaman, tidak jaga jarak, tidak membatasi jumlah undangan bahkan tidak ada tempat cuci tangan. Padahal sudah jelas virus corona mengancam nyawa, namun masyarakat lebih percaya teori konspirasi tanpa bukti daripada para saintis dan peneliti.

Ketika ditanya, "apa tidak takut virus corona?"

"Gada itu corona, dibohong-bohongi pemerintah kelen," celetuk tamu undangan dengan logat Medannya.

Jika begini ceritanya, wajarlah kasus positif corona terus meningkat tiap harinya. Apatah lagi menurunkan kurva penularan Covid-19.  

Kita perlu belajar dari Korea Selatan. Meski tanpa menerapkan lockdown. Masyarakat Negeri Ginseng tersebut saling bekerja sama untuk melakukan social distancing. 

Selain itu, pemerintahnya juga memanfaatkan aplikasi untuk mengontrol masyarakatnya. Sama halnya dengan Taiwan, Pengalaman mengatasi wabah sebelumnya dan gerak cepat pemerintah yang disertai kepatuhan warga menjadi kunci utamanya. Para warga sangat mematuhi protokol kesehatan mulai dari jaga jarak dan pemakaian masker jadi rutinitas sejak Januari. Hasilnya tentu dapat kita saksikan hari ini.

Upaya Belum Optimal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun