Mohon tunggu...
Supriyadi A Dasuki
Supriyadi A Dasuki Mohon Tunggu... -

Dosen Fisika FMIPA UNJ

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Laboratorium Pembelajaran sebagai Sumber Inspirasi Guru Profesional

24 November 2014   12:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:00 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dokumentasi itu dapat digunakan untuk membantah klaim-klaim negatif terhadap pendidikan di sekolah. Pembelajaran yang kreatif dan inovatif hampir dapat dipastikan mempunyai dampak samping yang banyak, menuju pembentukan manusia seutuhnya—tidak sekedar kognisinya.

Dokumentasi pembelajaran yang baik akan membentuk “aura positif” yang bisa menular ke guru-guru lain. Kalau sekarang pembelajaran kreatif dan inovatif mungkin masih terlihat aneh, suatu ketika akan terbalik—yang tradisional lah yang akan terlihat aneh.

Alasan “sulit dilaksanakan di kelas riil” akan terbantahkan dengan sendirinya oleh dokumentasi itu karena yang direkam adalah pembelajaran riil—yang terjadi di sekolah.

7.Sumber Belajar

Setelah dokumentasi pembelajaran kreatif inovatif hasil dari Lab. Pembelajaran menjadi banyak sekali, akan ada pihak yang mengompilasi dalam bentuk “sumber belajar guru”—teaching resources.

Sistematika kompilasi itu akan memudahkan para guru mendapatkan informasi yang diinginkan. Sumber belajar itu bisa di-search berdasarkan berbagai kata kunci: mata pelajaran, jenjang sekolah, teori pembelajaran, dan mode-strategi-metode-teknik pembelajaran.

Kalau programnya jelas dan manfaatnya juga jelas tidak sulit bagi Organisasi Profesi Guru mengajukan anggaran kepada Pemerintah untuk mewujudkan sumber belajar yang lengkap dan sistematis. Sumber belajar itu akan tumbuh terus seiring dengan berjalannya waktu, karena penelitian di Lab. Pembelajaran itu dilaksanakan secara terus-menerus.

Pengajuan anggaran dapat juga ditujukan kepada Perusahaan-perusahaan besar yang tertarik dengan dunia pendidikan—melalui program CSR mereka.

8.Visi dan Misi

Pembentukan Lab. Pembelajaran mestinya dimulai dari penyamaan visi dan misi di kalangan internal Organi Profesi Guru—sebagai agen pembaharu di bidang pendidikan. Profesi guru perlu dikaitkan dengan KKNI Jenjang-7 sebagai tenaga profesional, yang bertanggung jawab penuh atas semua aspek yang berada di bawah tanggung jawab bidang keahliannya—sebagaimana telah disinggung sebelumnya.

Organisasi Profesi Guru lah yang akan dimintai bantuan oleh Pemerintah untuk menyusun standar-standar pendidikan—termasuk kurikulum, karena merekalah yang paling tahu tentang keadaan lapangan. Mereka akan menjadi subyek peningkatan mutu pendidikan--bukan obyek seperti yang sering terjadi selama ini.

Lab. Pembelajaran merupakan dasar pijakan bagi Organisasi Profesi Guru untuk menentukan berbagai tindakan turunan dan fasilitas pendukungnya. Format-format penilaian misalnya, mestinya dihasilkan dari penelitian di Lab. Pembelajaran sehingga hasilnya riil dan membumi—tidak terlalu teoritis.

Setelah visi disepakati, dilanjutkan dengan penentuan misi yang akan merinci langkah-langkah riil untuk mewujudkan visi. Dengan misi yang jelas, mudah bagi Organisasi Profesi Guru untuk merancang program-programnya.

9.Praktek Pengalaman Lapangan

Lab. Pembelajaran di LPTK akan membekali para calon guru menjadi pembaharu ketika melakukan praktek pengalaman lapangan—PPL. Sekolah akan mendapat pencerahan dari pembelajaran kreatif dan inovatif yang dibawa oleh para mahasiswa PPL.

Tidak seperti sekarang di mana mahasiswa PPL justru mengikuti praktek pembelajaran konvensional yang pada umumnya masih dilakukan oleh guru-guru di sekolah. Karena dosen pembimbingnya praktis tidak bisa mendampingi secara memadai, mahasiswa PPL akhirnya menjadi pengikut status quo yang patuh—bukan pembaharu.

Idealnya mahasiswa PPL merasa percaya diri karena ada bekal dari Lab. Pembelajaran yang bisa diterapkan ke sekolah—sebagai inovator pembelajaran. Bekal itu bukan berupa teori, melainkan pengalaman-pengalaman praktis yang sudah teruji keefektifan dan efisiensinya.

10Penutup

Sudah waktunya peningkatan mutu pendidikan dilakukan secara bersama, bukan hanya melalui rancangan top down oleh pemerintah, melainkan juga bottom up berdasarkan penelitian-penelitian oleh para guru profesional.

Sudah waktunya Organisasi Profesi Guru serius menangani aspek mikro peningkatan mutu pendidikan, yaitu pembelajaran di kelas. Sering kali program-program besar seperti Kurikulum 2013 kandas karena detilnya—tataran mikro—yang kedodoran.

Jika Lab. Pembelajaran berfungsi secara maksimal peningkatan mutu pendidikan tidak perlu berjalan maju-mundur-maju-mundur, tetapi maju terus secara pasti--dan akuntabel.

Tulisan ini diikutsertakan pada lomba menulis untuk guru yang dilaksanakan KSGN.Top of Form

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun