Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Pengusaha Kaya Raya Berbohong

18 Desember 2019   19:34 Diperbarui: 19 Desember 2019   03:46 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah, Alhamdulillah, Allahumma shaliala Muhammad.

Pada suatu kesempatan seorang wartawan mempunyai janji untuk mewancarai seorang pengusaha sukses. Seorang entrepreneur dari golongan pribumi muslim yang kaya raya. Punya berbagai usaha mulai dari kebun, perumahan, perdagangan, sawah, kos-kosan dan sebagainya. Pendek kata sebut saja usaha apa maka dia punya. 

Hanya saja wartawan terkejut ketika ditanya berapa besarnya aset yang dia memiliki, jumlah anak dan umur. Wartawan agak down dan malas ingin melanjutkan wawancara dengan Wirausahawan itu.  

Pada kesempatan sebelum wawancara itu sebetulnya pengusaha itu sudah mengajak wartawan itu keliling beberapa premis miliknya. Ada gedung perkantoran, ada komplek perdagangan, ada komplek kos-kosan. 

Belum lagi wartawan diberitahu oleh staf pengusaha itu bahwa bapak itu punya kebun sawit, karet, kopi dan kelapa di banyak tempat. Belum lagi bapak itu punya sawah dan tambak ikan dan udang. 

Berbohongkah beliau?

Pak pengusaha ditanya tentang aset maka dia menjawab hanya Rp 20 juta. Ketika ditanya  jumlah anak dia menjawab hanya satu. Yang paling aneh ketika ditanya umurnya bapak pengusaha itu mengaku baru tujuh tahun.

Wartawan mencoba bersabar tetapi dia sangat penasaran tentang jawaban pengusaha itu. 

Pak, saya mohon maaf bisa tidak bapak menjelaskan mengapa bapak mengatakan aset bapak hanya Rp 20 jutaan saja. Apa pula maksudnya anak hanya satu. Umur hanya 7 tahun.

Saya dapat info bapak punya aset trilyunan rupiah, saya juga tahu dan sapat info bahwa bapak punya banyak anak dan cucu. Saya juga tahu bahwa umur bapak paling tidak sudah 60 tahun.

Dengan agak getir dan bergetar giginya bapak pengusaha itu mulai bicara. Nak, anda benar bahwa saya banyak aset dan mungkin susah menghitungnya.

Tapi anda harus tahu bahwa yang akan menjadi aset saya adalah yang sudah saya belanjakan di jalan Allah. Yang belum itu bukan milik saya. Sampai saat ini baru Rp 20 jutaan saja yang saya yakini akan saya temui. Tolong doa agar aset saya di akhirat akan terus bertambah.

Tentang anak baru satu maksudnya adalah walaupun anak saya banyak tetapi hanya satu yang peduli dengan saya. Bak belahan hati dengan saya. Tahu maksud saya. Mengerti apa maunya saya. Yang taat pada Allah..Yang akan mendoakan saya. Anak yang lain masih jauh dari ketaatan kepada Allah dan yang menyiapkan kematian saya.

Demikian juga dengan umur saya. Bapak itu menangis sambil mengelap air mata dengan tisu. Umur saya sampai saat ini adalah 65 tahun.. Dari umur itu baru 7 tahun yang terasa bernilai ibadah. Umur sisanya saya lalai. Saya banyak maksiat. Banyak ghibah. Banyak riba. Dan sebagainya.

Mungkin Pengusaha itu adalah Kita?

Mendengar dan menyimak dari wawancara antara wartawan dengan pengusaha itu, terasa sekali itu bahwa kasus pengusaha itu ada pada kita. Kita bisa jadi kaya raya tapi aset yang kita miliki belum seberapa. Kita banyak punya anak tetapi yang Soleh Soleha belum banyak. Anak-anak kita jauh dari apa maunya  Allah  dan rasulNya. 

Kita juga mungkin sudah berumur tetapi kebanyakan umur kita penuh dengan lalai, main-main, lupa berzikir, sedikit sedekah, malas berbadah dan malas beebuat baik kepada orang tua, kepada agama, kepada sesama.

Kepada orang tua kita masih pelit, kepada anak yatim masih tidak mau berbuat baik, masih menghardik mereka. Kita juga bisa becermin dari pengusaha itu bahwa aset yang kita sudah kirim ke akhirat masih sedikit, anak yang dididik untuk hafal Qur'an tidak ada dan waktu masih banyak yang sia-sia.

Belum lagi kalau beramal kita tidak ikhlas, kalau memberi menyakiti dan kalau berbuat baik sedikit dan jarang-jarang. Ya Allah Istiqomahkan hamba di jalanMu. Ya Rabb jadikan anak-anak kami Soleh dan Soleha. Ya Rabb banyak kan mesin-mwsin amal kami semua. Agar kami enak panen sewaktu sudah di dalam kubur dan sewaktu dihisab jadi mudah. Ya Allah jadikan kami menyadari bahwa dunia ini bukan tujuan tapi hanya tempat singgah beberapa waktu saja.

Ya rabbana sadarkan kami agar tidak menjadi mubazir. Punya harta sana sini, tetapi kebanyakan tak dimanfaatkan, hanya ditumpuk saja. Jadikan harta kami itu bermanfaat untuk agamaMu, untuk anak yatim, untuk pendidikan, untuk fisabilillah dsb. Aamiin yra. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun