Mohon tunggu...
Supli Rahim
Supli Rahim Mohon Tunggu... Dosen - Pemerhati humaniora dan lingkungan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Beras Busuk, Tamparan untuk Kita Semua

3 Desember 2019   07:27 Diperbarui: 3 Desember 2019   07:59 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bismillah, Alhamdulillah, Allahummashaliala Muhammad.

Berita mengenai busuknya 20 ribu ton beras di gudang Bulog sungguh menyayat hati saya yang paling dalam. Saya tahu betapa tidak mudahnya menanam padi untuk menghasilkan beras, karena saya anak petani dan saya sekolah di Sekolah pertanian. Saya tahu betapa banyaknya uang untuk membeli beras sebanyak itu, dan itu perlu devisa negara yang tidak sedikit.

Dalam hati bertanya apakah penyebab sampai bisa membusuk puluhan ribu ton? Apa masih banyak lagi yang membusuk dibandingkan yang diberitakan? Apakah kita memang perlu mengimpor beras dalam jumlah yang banyak? Mungkinkah pemerintah mengimpor beras yang sudah busuk? Tidak pernahkah kita surplus beras.

Jago Impor Beras

Data dari: Badan pusat statistik
Data dari: Badan pusat statistik
Negara kita memang jago dalam impor. Dalam hal isi perut kita selalu impor. Jumlahnya fantastik. Dari tahun 2000 hingga 2018 kita mengimpor jutaan ton setiap tahun. Puncaknya pada tahun 2011 dan 2018. Impor paling kecil terjadi pada tahun 2005 yakni hanya 190 ribu ton. Sedangkan tertinggi pada tahun 2011 dan 2018 yakni 2,75 juta ton dan 2,25 juta ton.

Apakah kita memang tidak pernah surplus? Ternyata kita sejak tahun 2014 hingga 2017 beras di negara kita selalu berlebih alias surplus. Jumlah surplus kita berada pada angka 16,7 ton pada tahun 2014 dan 20,1 ton pada tahun 2016 serta sedikit menurun menjadi 17,3 juta ton pada tahun 2017.

Data dari: Badan pusat statistik dan Kementan
Data dari: Badan pusat statistik dan Kementan
Jumlah surplus kita menjadi 2,9 juta ton pada tahun 2018. Aneh bin ajaib ternyata pada saat produksi beras kita surplus di tahun 2014, 2015, 2016, 2017, 2018 negara masih mengimpor beras dengan jumlah yang jauh dari masuk akal. Mengapa? Karena pada tahun di mana beras kita surplus tertinggi yakni pada tahun 2016 tetap saja kita mengimpor 1,26 juta ton.  Ada apa ini? 

Data dari: Badan Pusat Statistik
Data dari: Badan Pusat Statistik
Jika pelajari dengan seksama ternyata tingkat konsumsi dalam negeri relatif stabil yakni pada angka 2,5 juta ton. Jumlah ini relatif stabil dari tahun. Tapi khusus tahun 2018 puncak produksi padi terjadi pada bulan Maret 2019. Produksi mengalami penurunan yang nyata pada bulan September 2018.

Pelajaran dan tamparan

Banyak sekali pelajaran berharga dari pengungkapan fakta-fakta tentang rapor kita dalam impor beras, surplus beras, perilaku konsumsi dan busuknya beras puluhan ribu ton di gudang Bulog.  

Pertama, perilaku kita mengimpor beras walau terjadi surplus beras dalam negeri ini perlu diobati. Pengobatannya tidak bisa ke rumah sakit biasa. Harus dibawa ke rumah sakit jiwa.

Kedua, masyarakat kita awalnya mempunyai makanan non-beras yang jauh kaya gizi dibanding beras, tetapi kita rusak imej dan perilaku mereka dengan memberi mereka beras yang terkadang kualitasnya sudah buruk dan kadar gizinya sangat rendah.

Ketiga, kita perlu mengedukasi kembali bahwa sukun, ubi kayu, gadung, sagu dan sebagainya merupakan pangan yang jauh lebih sehat dari beras impor yang ditumpuk dalam waktu yang lama dalam gudang Bulog. 

Keempat, busuknya beras puluhan ribu ton itu merupakan jawaban terhadap banyak pertanyaan antara lain apakah kita harus selalu impor beras? Apakah kualitas beras impor baik-baik saja? Apakah sudah baik pengelolaan impor beras oleh instansi yang berwenang untuk itu? 

Sungguh membusuknya beras dalam jumlah puluhan ribu ton di gudang Bulog itu merupakan tamparan keras untuk kementerian perdagangan, kementerian pertanian dan tentu saja kepala negara. Tamparan seperti ini semoga tidak terjadi lagi. 

Bahwa selama ini telah terjadi tamparan kepada petani akibat impor berupa anjloknya harga beras di tingkat petani sudah cukup meluluhlantakkan kesejahteraan mereka. 

Lupakah kita jumlah petani padi dan keluarganya ada sekitar 20an juta jiwa di seluruh tanah air. Jadikan kejadian membusuknya beras puluhan ribu ton itu sebagai teguran agar dalam mengelola negara tidak perlu pakai hati yang membusuk. Pakailah hati yang baik, supaya negara kita akan menjadi baik-baik saja.

Wallahu alam bishawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun