Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Untuk apa sembuhkan luka, bila hanya tuk cipta luka baru? (Supartono JW.15092016) supartonojw@yahoo.co.id instagram @supartono_jw @ssbsukmajayadepok twiter @supartono jw

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Suporter Sepak Bola Indonesia Wajib Mendapatkan Edukasi

24 September 2018   11:34 Diperbarui: 26 September 2018   12:36 457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu nyawa meregang. Beberapa lainnya di tangkap polisi. Itulah drama pilu yang mengiringi laga Liga 1 Persib versus Persija, sekaligus menjadi barometer betapa gentingnya penanganan  persuporteran sepakbila Indonesia yang segera wajib ditangani. 

Namun, sadarkah kita bahwa baik yang meregang nyawa dan yang membuat nyawa melayang adalah sama-sama korban? 

Kini, setelah kejadian lagi, Menpora angkat bicara, Gubernur angkat bicara, semua netizen Indonesia berkicau, dan PSSI terkesan diam saja.

Saudara-saudara sekalian, saat dunia kini memasuki Revolusi Industri 4.0, hadirnya media sosial (medsos) yang seharusmya menjadikan sektor komunikasi menjadi lebih berdaya guna, justru sebaluknya sering menghadirkan bencana. 

Pasalnya, medsos kini dapat dijangkau siapa saja. Pengguna medsospun tidak perlu memiliki Surat Izin Menggunakan Medsos (SIMM) seperti layaknya penggun kendaraan bermotor atau seperti pelamar kerja yang wajib memiliki Ijazah sekolah formal sebagai syarat kecakapannya.

Tak terkecuali, sewajibnya PSSI pun tidak membiarkan suporter sepak bola nasional mengalir berjalan sendiri tanpa ada didikan. Pemikiran saya, andai setiap suporter memiliki Surat Izin Suporter (SIS), pun tak menggaransi para suporter akan berbudi pekerti luhur.

Para murid dan mahasiswa baik yang masih mengejar  ijazah sekolah formal maupun yangvtelah mengantongi ijazah tak menjamin mereka akan berperilaku berbudi pekerti luhur. Masih ada tawuran yang mengerikan, mahasiswa juga masih suka bikin keributan. Lalu, di kantordan instansi banyak karyawan dan pejabat yang bikin onar hingga menjadi koruptor.

Sementara para pengendara kendaraan bermotor, meski telah memiliki SIM, juga tetap banyak yamg melakukan pelanggaran.

Untuk urusan suporter sepak bola Indonesia, perilaku mereka kini terjun bebas seperti pengguna medsos. Tak ada aturan dan semau sendiri.

Saat, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) usai direhab, sikap suporter yang tidak etis dengan menginjak bangku single seat dan merusak fasilitas staduin yang lain, saya sudah bekerja sama dengan Pusat Pengelola Komplek  (PPKSUGBK) tentang wajib lahirnya program edukasi suporter sepak bola Indonesia.

Di dalam panduan yang saya buat, secara detil tersusun menyoal program pendidika bagaimana  menjadi suporter sepak bola yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun