Mohon tunggu...
Supadilah
Supadilah Mohon Tunggu... Guru di Indonesia

Seorang guru yang menyukai literasi. Suka membaca buku genre apapun. Menyukai dunia anak dan remaja. Penulis juga aktif menulis di blog pribadi www.supadilah.com dan www.aromabuku.com serta www.gurupembelajar.my.id Penulis dapat dihubungi di 081993963568 (nomor Gopay juga)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Resensi Novel] Tentang Kamu dan Energi Ketulusan Hati

24 Desember 2016   11:44 Diperbarui: 30 Desember 2016   17:13 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebahagiaan hidup dicapai dengan perjuangan dan kerja keras. Ketenangan hidup di dapat dengan hati yang bersih. Penderitaan yang dialami bisa terlupakan dengan keikhlasan. Walaupun bagi orang lain, penderitaan itu sangat menyakitkan.

Novel ini berkisah tentang seorang pengacara, Zaman Zulkarnaen yang bekerja pada sebuah firma hukum Belgrave Square di London, mencari orang yang akan mewarisi harta harta yang sangat besar yang nilainya dapat menyaingi kekayaan Ratu Inggris. Sri Ningsih. Seorang wanita Indonesia yang memiliki hati bagai kristal tanpa cacat. Dia memaafkan semua orang yang menyakitinya. Dia bersedia mengalah, dan menelan seluruh kepedihan yang dilakukan orang lain kepadanya.

***

Novel ini berlatar tiga negara yaitu Inggris, Perancis dan Indonesia. Membaca buku ini kita banyak mendapatkan sejarah beberapa hal. Seperti kasus Y2K atau millenium bug yaitu error yang terjadi karena sistem penanda tahun komputer seluruh dunia sudah terlanjur disetting dengan dua digit. Maka dunia harus melakukan migrasi sitem besar-besaran, atau jika tidak, berbagai sistem yang menggunakan komputer akan mengalami kekacauan.

Zaman memulai misinya berbekal sebuah diary tua mili Sri. Diary itu didapatnya dari sebuah panti jompo di Paris. Diary itu berisi sepuluh halaman. Tidak mudah bagi Zaman menemukan tempat yang harus dituju. Meskipun lama berkutat dengan bantuan internet, belum juga ditemukannya tempat itu. Hanya ada petunjuk ‘Rumah-rumah yang tumbuh dari atas permukaan laut. Di tempat di mana rumah-rumah yang bersinggungan atap, tiada tanah, rumput apalagi pepohonan yang terlihat oleh elang yang terbang tinggi’.

Pulau Bungin menjadi saksi pedihnya kisah hidup yang dialami Sri. Sedari kecil, Sri harus menghadapi hari-hari yang penuh cobaan. Ibunya, Rahayu, meninggal usai melahirkannya. Ayahnya kemudian menikah lagi, dengan seorang gadis bernama Nusi Maratta. Tidak lama, Nugroho, ayahnya, meninggal setelah empat belas hari adik tirinya lahir. Sri pun menjadi yatim piatu. Tapi ibu tirinya menganggap Sri anak yang membawa kesialan. Menganggap Sri sebagai penyebab meninggalnya Nugroho. Sejak itu, ibunya memperlakukan Sri dengan kejam. Sri kecil harus menanggung semua kebutuhan keluarga. Mencari nafkah dan mengerjakan semua pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci, dan mengurus rumah. Jika pekerjaan rumah tidak beres, ibunya tidak segan-segan membentak, memukul dan menyakiti Sri. Tidak jarang, keluar julukan ‘Anak yang Dikutuk’.

Sebuah hikmah dalam hidup ini, bahwa ketulusan hati akan mengalahkan kekejaman dan dendam. Pada suatu hari, rumah Sri terbakar, dengan ibu dan Talamutta berada di dalamnya. Saat itu Sri sedang berziarah ke makam ibunya di seberang. Tilamutta kecil yang sedang bermain tanpa sengaja menyenggol lampu teplok yang dia nyalakan. Terjadilah kebakaran. Nusi Maratta yang tengah terlelap tidak tahu api yang sudah membesar. Ibu dan anak itu kemudian terkepung api yang sudah melahap rumah.

Sri yang sudah pulang dari makam nekad masuk untuk mencari ibu dan adiknya. Seperti banteng terluka, gadis usia empat belas tahun itu menerobos api dan menemukan ibu serta adiknya dalam kondisi kepayahan. Tilamuta berhasil digendongnya. Tapi Sri kepayahan saat harus menyelamatkan ibunya yang tertimpa bilah papan. Saat itulah, perasaan bersalah muncul dalam diri Nusi Maratta. Dengan tegas Nusi menyuruh Sri untuk segera pergi. Agar Sri dan Tilamuta selamat. Di penghujung kisah hidupnya, Nusi meminta maaf atas perlakuan kasarnya selama lima tahun belakangan.

Ada satu harapan. Tilamuta, adik kandung Sri sebagai ahli waris yang masih hidup. perjalanan Zaman berlanjut ke sebuah madrasah di Surakarta. Disana Zaman menemukan akhir kisah yang mengerikan.

Sri yang ringan tangan terhadap pekerjaan di madrasah diterima dengan baik di sana. Punya dua sahabat akrab. Pengetahuan dan kemampuan Sri meningkat pesat membuatnya diminta menjadi guru di madrasah. Tapi justru Sri dihianati oleh sahabat dekatnya sendiri. Sahabat dekatnya, Lastri,  terlibat gerakan komunis di tahun 1965. Kelompok komunis menghabisi ribuan santri. Darah membanjir masjid, jalan, hingga lapangan madrasah. Pimpinan madrasah dan keluarganya dihabisi dengan cara dibakar dalam gudang pabrik gula. Adiknya, Tilamuta dikabarkan tewas mengenaskan. Penduduk menemukan potongan-potongan daging mayat yang sudah tidak karuan bentuknya di sebuah sawah diduga sebagai lokasi Tilamuta terakhir. Sahabatnya, Nur’ani, selamat.

Kisah Sri berlanjut di Jakarta. Hendak melupakan semua kisah di madrasah itu yang membuat perih hatinya. Setelah sebulan belum menemukan pekerjaan, karir Sri meningkat. Mulai dari menjadi guru di Sekolah Rakyat, bekerja sebagai kuli angkut di Tanah Abang, menjadi kasir, berdagang nasi goreng di monas dan berjualan bakso serta minuman. Nurani berdagangnya hebat. Pemasukannya berlipat-lipat berkat inovasi yang dibuatnya. Sejarah kemunculan gerobak kaki lima pun terjawab dari cerita Sri di Jakarta ini. Persaingan antar sesama tidak membuat Sri kalah dan terpinggirkan. Semakin banyaknya orang berjualan dengan gerobak membuat Sri banting stir mendirikan rental mobil. Sebuah usaha yang sangat jarang di zamannya. Usahanya berjalan lancar. Disaat mencapai puncaknya, usaha Sri terjerembab. Tragedi Malari, Malapetaka 15 Januari 1974,menghancurkan delapan belas mobil usahanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun