Orang-orang makin keheranan. Karena lukah biasanya kan dipasang di sungai tapi ini dipasang di bukit.
Warga pun keheranan ketika diajak untuk membuat lukah dan memasangnya di bukit. Namun mereka tetap melaksanakan perintah Raja Jambi yaitu memasang luka di atas bukit. Sebuah kegiatan yang tak pernah mereka lakukan selama ini.
Hari pertama, hari kedua, hingga hari keenam tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan. Lukahnya masih kosong tapi ketika hari ketujuh rupanya ada sesuatu yang bergerak-gerak diatas lukah. Bentuknya seperti manusia, tetapi kecil. Makhluk itu bisa berbicara. Lalu mereka segera membawanya ke hadapan Raja Jambi.
Kemudian raja Jambi mengatakan, "Makhluk inilah yang sering mengganggu anak-anak kalian. Inilah hantu pirau," kata sang raja. "Pengawal, siapkan pedang yang tajam. Aku akan memotong tubuh tubuh hantu ini," perintah sang raja.
Hantu pirau memohon ampun kepada raja. "Ampun tuan. Jangan bunuh hamba. Jika tuan sudi melepaskan hamba dari lukah ini hamba akan memenuhi segala permintaan tuan."
"Baiklah kalau begitu aku punya dua permintaan. Pertama, setelah keluar dari lukah ini kamu pergi dari negeri Jambi jangan ganggu wargaku. Terutama anak-anak kecil. Kedua, serahkan cincin pinto-pinto apa yang kau miliki."
Cincin pinto-pinto adalah cincin yang dapat mengabulkan apa yang diminta.
Kemudian hantu pirau memenuhi permintaan raja Jambi. Hantu pirau keluar dari lukah dan memberikan cincin pinto-pinto kepada raja. Kemudian dia pergi dari Jambi.
Beberapa tahun kemudian Raja Jambi ingin membuktikan kehebatan cincin pinto-pinto . Dia meminta agar kota Bombay di India itu dijadikan sebagai kota yang bertahtakan mutiara, batu permata, dan intan berlian.
Bombay jadi gemerlap. Setelah itu Raja Jambi tidak mau pulang ke Jambi. Tapi dia menyuruh anaknya yaitu Sultan Baring untuk kembali ke Jambi. Kemudian Sultan Baring inilah yang menurunkan raja-raja, sultan-sultan, maupun raden-raden berikutnya seperti Sultan Taha Saifudin .
Hantu pirau terkenal sebagai cerita rakyat Jambi. Legenda ini bahkan masuk dalam catatan Marcopolo pada 1292.