Mohon tunggu...
Supadilah
Supadilah Mohon Tunggu... Guru - Guru di Indonesia

Seorang guru yang menyukai literasi. Suka membaca buku genre apapun. Menyukai dunia anak dan remaja. Penulis juga aktif menulis di blog pribadi www.supadilah.com dan www.aromabuku.com serta www.gurupembelajar.my.id Penulis dapat dihubungi di 081993963568 (nomor Gopay juga)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bela Anak Sendiri atau Anak Orang?

13 Juni 2018   04:24 Diperbarui: 13 Juni 2018   05:18 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Betapa saya merasa bersalah kepada anak saya. Pada dua kasus salah paham. Dimana, saya adalah pihak yang salah.

Kasus pertama, saat sedang ikut pengajian ramadhan, tiba-tiba saja Jundi bilang dia lihat kasur adiknya, Firaz diruang perempuan. Jundi minta kasur itu diambil. Merengek beberapa kali. Tentu saja membuat saya tidak lagi fokus mendengar ceramah sang ustaz. Saya sambil berpikir, apa iya kasur dedeknya di sebelah? Memang, tadi malam kami menginap di masjid itu dalam rangka iktikaf. Dan rasanya, tadi pagi usai subuh, kasur kecil dan barang lain dibawa serta. Tidak ada tertinggal.

Entah sampai beberapa kali Jundi merengek, hingga saya tegas bilang,

"Kalau mas Jundi mau, ambil sendiri. Kalau nggak berani ambil sendiri, ya udah... Nggak usah diambil".

Sampai kemudian, dengan hampir menangis, Jundi datang lagi, dengan membawa benda yang membuat saya kaget. Benar kasur Firaz. Astagfirullah...

Setelah saya konfirmasi ke isteri, ternyata kasur memang sengaja ditinggal. Sebab malam berikutnya bakal iktikaf lagi. Jadi tidak perlu bawa-bawa lagi.

Kasus kedua, saat sedang baca Quran, terdengar Jundi nangis, ribut dengan temannya. Setelah beberapa saat lamanya, Jundi dan temannya kejar-kejaran ke arah saya, masih rebutan. Ternyata mereka sedang rebutan kartu lebaran. Temannya sudah pegang dua, Jundi pegang satu. Saya kira Jundi yang rewel.

Sudah punya motif spiderman tapi tetap pengen motif Hello Kity yang sedang dipegang temannya. Setelah dekat dengan saya, Jundi saya pegang, gendong paksa dan memintanya jangan rewel. Jangan merebut punya temannya. Saat itu datang juga orang tua teman Jundi. Dan mengambil kartu dari anaknya, diberikan ke Jundi. Tapi tidak saya ambil. Saya kemudian memutuskan mengajak Jundi naik motor.

Saat itu sudah larut malam sekira pukul sebelas malam. Begitu kembali lagi ke masjid, masih kelihatan sedih. Dan tetap pengen ngambil kartu yang tadi. Namun saya paksa untuk tidur.

Setelah susah payah, akhirnya Jundi terlelap. Esok harinya, saat ngobrol dengan isteri, ternyata saya salah duga.

Ah, kok saya bisa begitu ya? Atau, karena maksud saya supaya anak saya yang mengalah dan berbagi kepada temannya, sehingga apa-apa anak yang disalahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun