Mohon tunggu...
Sunu Purnama
Sunu Purnama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pria sederhana yang mencintai dunia sastra kehidupan.

mengapresiasi dunia...lewat rangkaian kata...^^

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bhakti Yoga, Jalan Para Pengabdi

15 Juli 2020   20:00 Diperbarui: 15 Juli 2020   19:56 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: www.anandashram.com

" Ia yang tidak menginginkan sesuatu, berhati suci tanpa kemunafikan, cerdas, cermat - penuh kebijaksanaan, bebas dari keberpihakan dan kegelisahan - seorang panembah yang berkarya tanpa ke-'aku'-an sepertu itulah yang sangat Ku-sayangi."

- Bhagavad Gita 12 : 16

Makna kata bakti sejak saya masih sekolah dasar dulu selalu saja dikaitkan dengan doa atau sembahyang serta pemujaan.

Menurut Bhagavad Gita pada Percakapan 12 : Bhakti Yoga, Jalan Kasih: Menuju Hyang Maha Kasih ternyata bukan hanya sekedar itu saja. Dalam percakapan ini Arjuna mendapat wejangan dari Shri Krishna tentang ciri-ciri seorang bhakta yang terkasih.
Doa atau sembahyang itu penting namun sikap dan dasarnya mesti berlandaskan kasih. Tidak cukup hanya berdoa setiap hari namun dalam sikap dan perbuatan tidak menunjukkan rasa kasih. Kasih terhadap semua mahluk. Salah satu penerapan bentuk kasih itu dengan tidak menyembelih binatang.
Kegelisahan binatang yang disembelih ini akan menghasilkan toksin yang beracun yang bila dikonsumsi manusia akan bisa meracuni sistem metabolisme tubuh kita. Inilah makanya dianjurkan untuk menjadi vegetarian. Mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan yang segar lebih bagus untuk kesehatan mekanisme tubuh kita.

Menarik juga bahwa menjadi seorang bhakta bisa dimulai dari hal-hal yang sederhana saja, menjadi sadar diri untuk menjaga lingkungan sekitar, mengasihi semua mahluk, menyiram tanaman yang kering, menjaga kebersihan lingkungan dan lain sebagainya. Hal sederhana namun sebagai bentuk rasa hati tentang keindahan ini menjadi hal penting.Semua itu dilakukan dengan landasan semangat tanpa keakuan.

Dan saran dalam wejangan yang diambil dalam Bhagavad Gita yang bisa langsung diterapkan itu saya coba lakukan bersama dengan para ponakan yang tinggal di Jogjakarta. Saya mengajak para ponakan untuk mengganti pot dan menambahkan media tanam berupa pupuk kompos pada tanaman di halaman rumah kami yang berada di Gang Kampung Notoyudan. Saat kondisi pandemi kemarin ternyata menimbulkan dampak semakin maraknya masyarakat yang bergerak dalam kegiatan yang berguna dengan menanam sayuran maupun buah dalam pot maupun polibag

Para ponakan mengganti pot dan menambah pupuk pada blimbing wuluh.
Para ponakan mengganti pot dan menambah pupuk pada blimbing wuluh.
Selain mengajak mereka untuk peduli dan belajar mengasihi tumbuhan, kegiatan seperti ini juga membuat sebuah jeda bagi kebiasaan mereka yang seringkali kebablasan bermain gadget. Sebuah trik agar mereka tidak menjadi kecanduan bermain dalam dunia Maya dengan mengajak mereka melakukan kegiatan yang menyenangkan dalam dunia nyata dan nantinya bila pohon sudah berbuah mungkin bisa menjadi sebuah kegembiraan tersendiri bagi mereka.


Terkait soal bhakti yang masih seringkali hanya dipahami sebatas sembahyang saja ini, menarik mencermati sebuah komentar Ibu Rosanta Sitepu, seorang pendidik dari One Earth School (www.oneearthschool.org)  dalam keterkaitan soal bhakti ini, yang mengatakan,

" Bhakti bukan sekedar ritual namun sikap seorang panembah. Memelihara lingkungan, menyiram tanaman di pekarangan sendiri, bagian dari bakti. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun