Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Crazyconomics: Ke Mana Para Koruptor Bersembunyi?

6 Mei 2025   11:35 Diperbarui: 6 Mei 2025   11:35 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Sabtu 31 Agustus 2024, dua bulan sebelum Prabowo Subianto resmi dilantik menjadi Presiden Indonesia, dalam suatu acara penutupan rapat pimpinan nasional Partai Gerindra,  ia memaklumat tentang anggaran khusus pemberantasan dan pengejaran koruptor, katanya:

"Mungkin saya akan cek kembali anggaran. Saya akan sisihkan anggaran khusus untuk pemberantasan dan pengejaran koruptor-koruptor itu. Kalaupun dia (koruptor) lari ke Antartika, aku kirim pasukan khusus untuk nyari mereka di Antartika. Semua indikator menunjukkan kita di ambang kebangkitan yang luar biasa. Kuncinya kita harus  kurangi korupsi. Kalau bisa, kita habisi korupsi dalam waktu singkat, minimal kita tekan. Kurangi, kurangi dan kurangi. Kita tidak akan kompromi dengan korupsi".

Demikian maklumat Prabowo Subianto untuk para koruptor, yang terdengar antusias dan sekaligus ingin menunjukkan bahwa di masa kekuasaannya, korupsi adalah agenda utama yang akan segera digarap untuk membuktikan dan memuluskan jalan bangsa Indonesia menuju kebangkitan yang luar biasa. 

Tetapi pada 18 Desember 2024, sekira dua bulan setelah resmi menjabat sebagai presiden, dalam sebuah kunjungan kenegaraan ke Mesir, Presiden Prabowo Subianto yang sempat mengadakan pertemuan dengan mahasiswa Indonesia yang kuliah di Universitas Al-Azhar, Kairo, justru menyampaikan pengumuman yang memiliki makna kontradiksi dari maklumat sebelumnya.    

Di dalam pertemuan tersebut, Presiden Prabowo Subianto menyampaikan bahwa ada kemungkinan koruptor akan dimaafkan (kompromi). Di antara potongan kalimat yang disampaikannya tentang pemberian kesempatan untuk para koruptor bertaubat, yaitu, "Hai para koruptor atau yang merasa pernah mencuri dari rakyat, kalau kau kembalikan yang kau curi, ya mungkin kita maafkan. Tapi kembalikan dong! Nanti kita beri kesempatan cara mengembalikannya, bisa diam-diam supaya nggak ketahuan".  

Kontradiksi maklumat Presiden Prabowo Subianto mengenai koruptor, antara mengejar koruptor hingga ke Antartika (keras) dan mungkin akan memaafkan (kompromi) jika uang hasil korupsi dikembalikan (lembut), membuat masyarakat heboh dan bertanya-tanya, apakah Presiden Prabowo Subianto serius ingin memberantas pelaku korupsi? Ke mana para koruptor bersembunyi? Benarkah ke Antartika? 

Dari sisi ekonomi, maklumat pengampunan yang akan diberikan Presiden Prabowo Subianto pada para koruptor yang mau mengembalikan uang hasil korupsinya dapat dimaknakan sebagai strategi insentif. Masalahnya, jika insentif yang ditawarkan tidak lebih menjamin dan menguntungkan bagi para koruptor untuk memilih mengakui dan mengembalikan hasil korupsi dibanding memilih tetap bersembunyi, tawaran itu sama sekali tidak menarik. 

Terlebih bila dengan mengakui dan mengembalikan hasil korupsi secara diam-diam, tidak ada jaminan keamanan bagi diri dan keluarga pelaku dari jerat atau sanksi hukum, sanksi sosial, kekebasan menikmati aktivitas keseharian hingga perampasan seluruh aset (kemungkinan dimiskinkan), mengapa koruptor harus memilih bertaubat?     

Sebaliknya, tantangan yang diumumkan kepada para koruptor oleh Presiden Prabowo Subianto untuk bertaubat dengan cara mengembalikan uang hasil korupsi secara diam-diam dapat disebut sebagai bagian dari kecenderungan menerapkan strategi hukum undercover. 

Sebuah strategi yang memiliki konsekuensi merahasiakan atau menutup identitas pelaku koruptor yang melakukan pengakuan dan pengembalian hasil korupsi dengan kemungkinan proses peradilan tertutup. Suatu proses hukum yang patut diduga tidak akan memberikan keputusan vonis maksimal yang berkeadilan. Komitmen besar dan kontradiksi pemerintah di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto ternyata dinilai tidak berhenti di sana. 

Saat jelang pembentukkan kabinet merah putih, pembentukkan kabinet yang awalnya disebutkan bahwa Presien Prabowo Subianto akan membentuk zaken kabinet, yang berarti bahwa kabinet akan diisi oleh lebih banyak profesional atau para ahli di bidangnya dibanding yang berasal dari partai politik, nyatanya kabinet merah putih disebut sebagai kabinet gemoi oleh sejumlah masyarakat sebab dinilai kontradiksi terhadap kabinet zaken dan inefisiensi.   

Tetapi kembali pada komitmen awal Presiden Prabowo Subianto dalam memberantas korupsi dengan merujuk pada sebaris kalimat "Kalaupun dia (koruptor) lari ke Antartika, aku kirim pasukan khusus untuk nyari mereka di Antartika", haruskah pertanyaan "Ke mana para koruptor bersembunyi?", menanti Presiden Prabowo menjawab. 

Antartika merupakan salah satu benua dari tujuh benua yang ada di dunia. Benua ini hampir 98 persen permukaannya diselimuti oleh lapisan es. Suatu lokasi dengan suhu terendah di dunia dengan suhu sangat dingin mencapai -85 hingga -95 derajat Celsius di musim dingin dan sekitar 30 derajat Celsius lebih hangat di musim panas. 

Sehingga fakta iklim di Antartika sama sekali tidak memungkinkan menjadi tujuan pelarian bagi para koruptor untuk bersembunyi. Selain itu, benua Antartika tidak memiliki satu pun negara, dan informasi lain menyebutkan bahwa populasi pada benua Antartika hanya mencapai 4.490 jiwa saja. Populasi yang sedikit itu pun tidak permanen. Orang-orang yang berada di benua Antartika umumnya adalah para peneliti ilmiah bersama staf pendukungnya, seperti pilot dan juru masak, yang tinggal untuk batas waktu tertentu.  

Dalam kondisi yang sedemikian ekstrem dengan jumlah populasi yang datanya cenderung mudah didapat berdasarkan data para peneliti yang tinggal di sana, coba bayangkan betapa sulitnya seorang koruptor dapat menikmati hasil korupsinya dan mudahnya keberadaan mereka terdeteksi karena populasi yang kecil dan ketahanan hidup yang mustahil dilakukan di Antartika. 

Artinya, tanpa pengejaran pasukan khusus dan tanpa adanya ikan hiu, koruptor yang lari bersembunyi ke Antartika akan mati kedinginan atau kelaparan dengan sendirinya hingga mati karena tak memiliki peluang membelanjakan gaya hidup dari hasil korupsinya. Jadi ke mana sesungguhnya para koruptor bersembunyi? 

Lokasi benua Antartika, sejatinya justru lebih layak untuk dijadikan lokasi penjara dibanding tempat bersembunyi bagi para koruptor. Seperti keinginan Presiden Prabowo Subianto dalam suatu perkataannya di Plaza Insan Berprestasi Kantor Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, Kamis, 13 Maret 2025, seperti dikutip dari Antara, "Saya juga akan sisihkan dana buat penjara di suatu tempat yang terpencil, mereka gak bisa keluar. Kita akan cari pulau kalau mereka keluar biar ketemu sama hiu". Maka Antartika lebih tepat sebagai lokasi terpencil yang dimaksud.  

Dibalik komitmen dan kontradiksi yang diucap oleh pimpinan tertinggi Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik yang sudah terekspos ke masyarakat melalui komunikasi publik maupun yang terbaca lewat beberapa kebijakan yang cenderung berlawanan dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, terdapat konteks bermakna paradoks, yang belum bisa diterjemahkan kepastiannya akan berujung di mana.   

Hal itu kemudian mengarahkan pada petunjuk adanya indikasi kuat bahwa para koruptor sesunguhnya tidak pernah berupaya lari ke mana pun untuk bersembunyi. Mereka tidak akan ke mana-mana untuk sekadar mencari persembunyian agar aman dari pengejaran. Lantas di mana para koruptor sebenarnya bersembunyi?

Dalam crazyconomics, melampaui batas-batas rasionalitas antara kebijakan dan fakta atas tindakan-tindakan yang diterapkan oleh para pelaku ekonomi termasuk di dalamnya negara (pemerintah), lokasi persembunyian para koruptor sekarang tidak lagi mengarah pada pelarian ke luar dari negara Indonesia untuk bersembunyi ke negara mana pun demi mengamankan diri dan terhindar dari jerat hukum. 

Singapura, Inggris, China, Amerika, Australia atau negara lainnya, termasuk Antartika (bukan benua) dalam konteks klaim negara atas wilayah di Antartika yang terdiri dari Perancis, Inggris, Selandia Baru, Norwegia, Australia, Chile dan Argentina, kini tidak lagi menjadi tempat atau lokasi utama untuk tujuan para koputor bersembunyi.  

Karena data dan analisa yang mengacu pada teori crazyconomics, akan menunjukkan bahwa lokasi persembunyian paling favorit, utama dan paling aman bagi para koruptor di era digital merujuk pada tempat yang terang benderang bagi publik atau masyarakat tetapi tertutup bagi para pelakunya. Jadi, tempat apakah yang terang benderang bagi publik atau masyarakat tetapi tertutup bagi pelaku koruptor yang dimaksud? Ada yang tahu jawabnya? Nantikan data dan analisa teori crazyconomics untuk menemukan jawabannya!

    

Referensi    

https://www.tempo.co/hukum/ingin-bangun-penjara-khusus-koruptor-di-pulau-terpencil-seperti-alcatraz-prabowo-kalau-keluar-biar-ketemu-hiu-1219583

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun