Mohon tunggu...
Sunan Amiruddin D Falah
Sunan Amiruddin D Falah Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Administrasi

NEOLOGISME

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Anekdot Kompasianer, Sebuah Pantun Gombal dan Ceritanya

16 Februari 2023   11:47 Diperbarui: 16 Februari 2023   12:00 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Beyond Blogging-Kompasiana.com

Berakit-rakit ke hulu  
Di hulu bertemu pedagang kuliner
Kuliner berat di makan lebih dulu
Yuk kita bahas Kompasianer

Pantun di atas masuk pantun gombal nggak ya? Kayaknya sih nggak, wong isinya ngajak makan dan bahas kompasianer lewat anekdot. Makan sih pasti mau asal lagi nggak puasa. Tapi ada nggak yah Kompasianer yang mau ngundang makan atau traktir rombongan? Colek yang dapat K-Reward bulanan posisi atas nih 

Berangkat dari Fatmi Sunarya (berangkat kemana?), yang mantuni Engkong Felix buat ke pelaminan, cerita mundur ke belakang (tentunya bukan untuk buat hajat) waktu ngulas 'lubang'. Lubang apa? Lubang siapa? Barangkali lubang biopori kota yang kabarnya gagal menampung genangan air dan pernah mendatangkan celaka. Coba tanya ke yang punya proyek!

Lalu belum lama ada pengumuman dari Kompasiana tentang siapa-siapa Kompasianer yang dapat K-Reward. Saya boro-boro. Berharap pun belum. Jadi Kompasianer saja baru seumur jagung. Meskipun umur saya sebagai Kompasianer sudah cocok dengan umur panen jagung yang berkisar 2 bulan (60hari) atau 80-110 harian untuk biji kering, tetap saja terhitung baru. 

Tapi tujuan menulis toh tentu bukan semata-mata itu sekalipun perlu. Menulis dan pasangan setianya; membaca, adalah proses belajar dan berpengetahuan dalam konteks literasi. Terutama pada sesama penulis dan pembaca di ruang yang sama. Yuk belajar bersama!

Belajar ngartikel utama dari dua Kompasianer nyaris kembar (nggak ngerti juga sih apanya yang kembar), Martha Weda dan Hennie Triana Oberst. Apanya yang kembar? Angle fotonya deh :). Tapi itu pun sekilas tatap. Yang pasti, dari keduanya ada konstruksi menulis yang dibangun berdasar Topik Pilihan. Sebab jumlah artikel Topik Pilihan keduanya nyaris mendektati jumlah total artikel yang ditulis dengan 35-45% masuk artikel utama. Apa yah tipnya?

Beranjak ke puisi-puisi indah. Dulu saya duga, setelah Chairil Anwar, Taufik Ismail, Sapardi Djoko Damono dan WS. Rendra tidak ada lagi orang yang berminat menjadi penyair. Begitu masuk Kompasiana, ribuan puisi indah dengan masing-masing maknanya mengisi katogeri fiksiana. Di Kompasiana, ada puisi-puisi Bambang Syairudin, Evridus Mangung, Lilik Fatimah Azzahra, Nur Laili Rahmawati, Itha Abimanyu, Nurulis, Ali Musri Syam, Ayah Tuah, Arfiani Yulianti Fiyul dan puisi-puisi sahabat Kompasianer lainnya yang tak bisa disebut satu-satu apalagi seribu.

Di sini ada Bunda Roselina Tjiptadinata yang sering kali berada di nilai tertinggi, begitupun Irwan Rinaldi Sikumbang yang tak membawa bunga (Apa hubungannya coba? Ya Kumbang dan Bunga lah), Akbar Pitopang yang tanpa penopang meski  foto profilnya tampak menopang tubuh dengan tangan masuk ke saku celana (salah yah?), Mochamad Syafei yang selalu 'dahsyat'. Ada Wiselovehope yang kerap menumbuhkan semangat menulis, Neni Hendriati yang tak henti bertamu ruang antar Kompasianer, Merza Gamal, Sigit Eka Pribadi, Gregorius Nafanu, Inosensius. I. Sigaze dan lagi-lagi maaf untuk yang tak disebut atau keliru ditulis.

Kita juga dapat melihat Herry Mardianto yang senantiasa membahas Sastra Jawa dan kuliner, Widyatmoko dengan pesawat-pesawatnya (semoga punya pesawat sendiri ya :) ), Andi Pratama Saputra dengan financial dan kebijakan, Tonny Syariel dengan Travel dan kreasi fotografernya yang oke punya. Ada pula Kompasianer yang menulis sesuai kompetensinya. Pokoknya semua ada

Menulis dan membaca itu seru bro n sis! Kata orang buku itu jendela dunia. Nah blog Kompasiana itu pintunya. Kita tinggal cari kamar tidur, ruang tamu, dapur, kamar mandi, kolam, rumah, halaman dan gerbangnya.  Banyak juga yah yang mesti dicari. Bisa dong! Di sini juga kan ada arsitek, broker, marketing property, developer, filantropi, tukang masak (lah yang terkahir ini apa hubungannya?). Semua pekerjaan butuh tenaga dan daya pikir, nah untuk memenuhinya butuh makan, makan kan harus masak, iya dong!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun