Telaga Jonge, yang terletak di Dusun Jonge, Desa Pacarejo, Semanu, Gunungkidul, DIY, memiliki sejarah panjang yang kental dengan nilai budaya lokal. Konon Jonge berasal dari nama sesepuh Kiai Jonge. Kiai Jonge merupakan salah satu Prajurit Majapahit yang menyerang Demak namun mengalami kekalahan. Kemudian melarikan diri ke arah tenggara, lalu menetap di daerah Pacarejo.
Menurut warga, keberadaan telaga ini tidak diketahui sejak kapan, namun erat kaitannya dengan Kiai Jonge. Di mana berdasar cerita yang beredar, Kiai Jonge Moksa di dalam telaga Jonge. Cerita tersebut diperkuat oleh temuan masyarakat berupa cungkup di tengah telaga saat dilakukan pengerukan. Kebenaran sejarah tersebut belum bisa dipastikan. Telaga ini menjadi sumber mata air bagi masyarakat yang tidak pernah surut dan tempat untuk berbagai kegiatan adat.
Kegiatan adat yang dilakukan adalah upacara bersih Telaga Jonge. Diselenggarakan saat menjelang awal musim penghujan, sekitar bulan Oktober, atau Jumadhilakir Tahun Jawa. Biasanya diramaikan  dengan kegiatan kesenian pada malam menjelang pelaksanaan upacara. Sebelum acara selamatan terlebih dahulu dipentaskan kesenian seperti reog, jathilan, dan kesenian lain serta diakhiri hormat di depan petilasan Kiai Jonge.
Seiring berjalannya waktu, Telaga Jonge semakin diperhatikan sebagai potensi wisata alam yang dapat memperkenalkan keindahan alam Gunungkidul yang jarang terjamah. Revitalisasi Telaga Jonge sebagai destinasi wisata telah membawa perubahan yang signifikan.
Kini, telaga ini tidak hanya menjadi tempat wisata yang menyegarkan, tetapi juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung. Pengunjung dapat menikmati keindahan alam sambil berjalan-jalan di sekitar telaga, menikmati wahana perahu, atau bersantai di area yang telah disediakan. Fasilitas lainnya yang tersedia antara lain area parkir yang luas, tempat makan, dan toilet yang bersih.
Tidak ada tiket masuk ke Telaga Jonge. Cukup membayar biaya parkir, sepeda motor 3.000 rupiah dan mobil 5.000 rupiah. Pengunjung sudah dapat menikmati keindahan alam yang mempesona, serta berbagai fasilitas yang ada di sekitarnya.
Antusiasme masyarakat sekitar terhadap Telaga Jonge sebagai tempat wisata juga sangat tinggi. Banyak warga yang kini terlibat dalam pengelolaan dan penyediaan layanan untuk wisatawan. Kehadiran wisatawan di Telaga Jonge membawa dampak positif, dengan semakin banyaknya peluang ekonomi yang terbuka, seperti usaha kecil-menengah, warung makan, dan penyewaan perahu.
Bagi masyarakat sekitar, selain meningkatkan perekonomian lokal melalui usaha kecil dan menengah, masyarakat juga mendapatkan kesempatan untuk mempromosikan budaya dan kearifan lokal. [UAW]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI