Mohon tunggu...
sumawan bahari
sumawan bahari Mohon Tunggu... Freelancer

semangat terus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemberitaan Penangkapan Anggota Intel TNI oleh Brimob, Tindakan Keliru

31 Agustus 2025   14:15 Diperbarui: 31 Agustus 2025   14:15 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemberitaan Penangkapan Anggota Intel TNI oleh Brimob, Tindakan Keliru

Peristiwa penangkapan terhadap Pratu Handika, anggota TNI Yonkav 5 Palembang, oleh anggota  Brimob di depan SPBU Hotel Amaris, Palembang, pada Minggu dini hari 31 Agustus 2025, semestinya dapat dihindari bila ada komunikasi yang baik di lapangan. Dari kronologi yang ada, Pratu Handika hanya keluar asrama untuk mencari makan bersama temannya, Sdr. Diki, yang merupakan penyandang difabel. Setelah selesai makan, keduanya singgah di SPBU untuk mengisi BBM. Namun, situasi berubah ketika rombongan Brimob datang dan memperlakukan Pratu Handika secara berlebihan dengan tuduhan sebagai provokator demo, padahal faktanya Pratu Handika tidak terlibat dalam aksi tersebut.

Tindakan yang dilakukan anggota Brimob, mulai dari menarik baju, mencoba memborgol, hingga melakukan penggeledahan meskipun identitas resmi TNI telah diperlihatkan, jelas hal ini menunjukkan kurangnya kehati-hatian anggota Brimob dalam bertindak. Apalagi, kehadiran Peltu Ahmad Sofyan dari Kodim Kota Palembang menegaskan bahwa Pratu Handika tidak ikut demo seharusnya cukup menjadi penjelasan. Tuduhan bahwa ia provokator hanya memperkeruh suasana dan tidak sejalan dengan semangat sinergitas TNI--Polri yang selama ini dibangun dengan baik.

Fakta bahwa Pratu Handika sedang mengikuti kegiatan resmi Latkadertih PSM (Pencak Silat Militer) di Palembang memperkuat bahwa keberadaannya di luar asrama murni untuk kebutuhan pribadi. Kehadirannya bersama seorang teman difabel semakin menegaskan bahwa ia tidak mungkin terlibat dalam tindakan anarkis. Karena itu, sangat penting agar setiap aparat di lapangan bisa lebih bijaksana dan berhati-hati sebelum memberikan tuduhan, agar tidak menimbulkan salah persepsi yang bisa berdampak buruk bagi hubungan antarinstitusi.

Kejadian ini seharusnya dijadikan pembelajaran bersama bahwa profesionalisme dan komunikasi adalah kunci utama dalam menjaga keutuhan sinergitas TNI--Polri. Setiap tindakan aparat semestinya tetap mengedepankan etika, saling menghormati, dan menjunjung tinggi kebersamaan antar institusi. Dengan demikian, kesalahpahaman seperti ini dapat dihindari, dan soliditas TNI--Polri tetap menjadi benteng kuat dalam menjaga stabilitas dan keamanan bangsa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun