Senja Di Kota Impian
"Kamu datang ya Ka, di acara nikahan ku nanti". Pinta Dio pada sahabatnya Raka.
"Serius kau mo nikah? Raka kaget  dengan apa yang barusan di sampaikan sahabatnya itu.
"Ye ilah kamu ga percaya, nikah mana bisa main-main Ka," Tegas Dio
"Iya sih, nikah adalah hal yang sakral, kita ga boleh asal dengan yang namanya nikah." Sambung Raka.
Raka tahu sahabatnya tidak mudah untuk bisa menerima seorang wanita. Telah lama Ia mendambakan gadis pujaannya selama ini. Sahabatnya pernah ungkapin semua tentang keinginannya menunggu gadis tersebut. Apakah Dio sudah menemukannya? Raka senang jika akhirnya Dio membuka ruang untuk seorang wanita dan akan serius menempuh kehidupan baru bersama pilihannya.
Masih penasaran dengan sikap yang di ambil Dio. Raka pun beranikan diri untuk menanyakannya pada Dio. Dengan segala cara akhirnya suatu ketika Dio menceritakannya kenapa secepat itu Dio mengambil keputusan untuk menikah.
"Ka, kamu tuh ga usah heran dengan keputusan yang aku ambil  ya, doakan aja Ka, aku bisa menempuh hidup baru dan bahagia menyertai kami kelak." Ucap Dio.
"Tapi aku pingin juga nih denger cerita serunya," pinta Raka.
"Iya begini Ka, kan waktu itu aku main  ke tempat saudaraku, eh ada dia di sana aku di kenalin. Ee kok ga lama pas lebaran tuh. Nha di sana aku tiba-tiba di ajak main ke rumahnya."Jelas Dio.
"Lalu? tak sabar Raka ingin mendengar kelanjutan cerita Dio.
"Yaa, di sana ada neneknya yang meminta aku segera menikahi cucunya." Jelas Dio
"Kamu setuju aja gitu? sambung Raka.
"Sebagai laki-laki aku kan ga mau di bilang orang yang ga bertanggung jawab, Ka. Emang sih sebenarnya aku belum siap. Namun keluarganya itu ga mau tahu. Mereka menginginkan aku segera menikahinya. Di daerahnya memang seperti itu jika sudah ada cowok yang main ke tempat cewek itu artinya sudah siap menikahinya." Jelas Dio
"jadi...
"Iya, Ka.. jadi aku setujui keinginan neneknya itu. Doakan ya Ka! Pinta Dio.
"Pasti, Kawan. Doaku selalu yang terbaik untukmu. Apapun keputusanmu aku yakin itu sudah yang terbaik.
Segala persiapan untuk melangsungkan pernikahan Dio dan Manda hampir 80%. Bismilah Dio benar-benar membulatkan tekad untuk membina rumah tangga walau bukan dengan seseorang yang ia kagumi semasa biru putih dulu. Dio ingin mengubur segala kenangan indah di masa itu. Dio ingin membuka lembaran baru bersama Manda. Dio berharap setelah Dio menikah nanti maka hari-hari Dio akan semakin berwarna dan tentu bisa melupakan segala hal yang dulu ia alami.
Dalam ruangan kost yang ia miliki, Dio rebahkan badannya. Seharian ini Dio  merasa sangat lelah, bukan karena tugas-tugas dari kantor tempat kerja Dio. Karena hari ini adalah hari oof Dio. Dio memanfaatkannya untuk mempersiapkan segala kebutuhannya untuk melangsungkan pernikannya. Dio ingin Ketika ia pulang nanti orang tuanya tidak terlalu repot dalam mempersiapkan segala keperluan Dio dalam pernikahan itu.  Minggu depan Dio akan pulang ke Yogya. Tempat Dimana ia dilahirkan, tumbuh dan juga mengukir segala kenangan indah masa-masa kecilnya bersama teman-temannya di kampung.
Dio tersenyum tipis, mengingat saat ia berlaria-larian di tanah lapang di kampungnya saat hujan turun. Aaah indah sekali masa itu. Sebentar lagi Dio akan lihat tanah lapang itu. Apakah masih sama?  Dio makin tak sabar untuk segera tiba di kampung. Dalam 2 tahun ini Dio memang tidak pulang kampung.  Ada alasan tersendiri kenapa Dio tidak pulang. Bukan karena tak ingat kedua orang tuanya, namun Dio tidak suka jika Pak De dan saudara-saudara di kampungnya menanyakan tentang kapan Dio mau menikah.  Dio paling tidak suka hal itu. Namun sekarang Dio sudah siap pulang dan akan menjawab  semua pertanyaan-pertanyaan Pak De  dan saudara-saudaranya di kampung.
***
Tiket Bus Malam jurusan Yogya sudah di tangan Dio. Bersama sahabatnya Raka, Dio di antar ke agen Bus malam. Tak menunggu lama, Bus sudah datang. Dio segera berpamitan pada Raka dan segera masuk ke dalam Bus.
"Hati-hati, Dio. Salam untuk Orang tuamu di kampung". Pesan Raka.
"Siap, Ka. Akan aku sampaein". Jawab Dio.
Tepat pukul 18. 15 WIB Bus melaju menuju Yogya. Ada perasaan berdebar mengiringi perjalanan malam Dio. Dari balik candela Bus, Dio melihat kerlib lampu kota yang menghiasi malam. Indah, namun sebentar hilang bersama lajunya Bus. Hanya tinggal langit hitam tanpa ada cahaya yang menerangi. Pikiran Dio menerawang. Mengingat segala hal yang selama mini di perjuangkan. Bertahan dalam kesendirian dengan rasa yang Ia pertahankan. Namun semesta ternyata menjawab. Dio pun hanya berpikir bahwa apapun yang di tetapkan padanya itulah yang terbaik menurut Tuhan, walau mungkin terrkadang kita anggap itu bukan yang terbaik. Dio pasrah, hingga matanya mulai terpejam bersama lajunya Bus malam yang membawanya pulang.
Dini hari, Dio pun akhirnya sampai di kampung halaman. Di sepanjang perjalan menuju rumahnya, setiap kelok jalan yang ia lewati, selalu ada cerita di dalamnya. Ya.. di kota impiannya, Dio ingin menghabiskan sisa hidupnya di sini. Kota yang nyaman dan istimewa dengan perpaduan budaya Jawa yang kaya dan suasana yang tenang. Di Kota ini Dio dilahirkan dan juga tumbuh dan besar, Kota Gudeg yang selalu menyajikan masakan-masakan khas yang membuat Dio selalu rindu untuk kembali, dan Kota inilah Dio ingin hidup dan kembali pulang.
Dio memutuskan merantau saat itu, karena berusaha untuk mencari gadis pujaannya yang waktu itu juga merantau ke kota. Namun sampai sejauh ini Dio tak sedikitpun mendengar kabarnya. Dio hanya bisa mendoakan semoga gadis pujaannya dulu hidup bahagia.
"Tok tok tok ...". Suara ketukan pintu terdengar dari dalam rumah.
"Assalamu'alaikum", suara Dio terdengar lembut menyapa.
"Wa'alaikuimsalam". Jawaban dari dalam rumah terdengar tak asing lagi bagi Dio.
"Ibu....panggil Dio". Jelas terlihat sosok Wanita setengah baya membukakan pintu. Dio langsung memeluknya.
"Dio, kamu pulang, Nak". Sambut Ibu dengan pelukan hangat.
Ibu segera menggandeng Dio untuk di ajak masuk ke dalam rumah.
Ibu dan Dio menikmati kerinduan yang telah lama tersimpan. Dio bercerita banyak tentang calon istrinya dan juga keluarganya. Ibu Dio mengerrti dan menyerahkan semua keputusan  sama Dio. Ibu yakin jika keputusan yang di ambil Dio itulah yang terbaik untuknya.
"Ayah dan Ibu hanya bisa mendoakan, Nak. Semoga kau bisa membangun keluarga bahagia bersama Manda". Ucap Ibu.
"Terimakasih, Bu. Walaupun terkesan singkat namun Ibu merestui hubungan kami sampai ke jenjang pernikahan". Jawba Dio dengan nada lirih. Kembali Dio dan Ibu berpelukan.
Tak terasa butiran bening menetes di pipi Ibu Dio. Sebentar lagi Dio akan  berumah tangga. Dio akan punya keluarga sendiri. Sebagi Ibu tentu merasa kehilangan. Namun ini kehidupan harus terus berjalan. Bismilah Ibu Dio menguatkan hati untuk menerima keputusan yang Dio ambil. Â
Hidup adalah waktu yang di pinjamkan, dan harta adalah amanah yang di percayakan, segala yang kita miliki hanya sementara, tak ada yang benar-benar milik kita. Kita di ingatkan bahwa kesehatan adalah karunia terbesar untuk menikmati setiap nikmat. Syukuri setiap detik nya dan hargai setiap momen yang tersisa.
"Ibu bersyukur telah memilikimu, Dio. Walau kau akan menikah namun Ibu akan selalu bersamaimu bersama doa-doa Ibu, Nak." Ucap Ibu Dio.
"Iya, Ibu. Dio akan selalu ingat pesan ibu. Restu dan Doa Ibu selalu saya harapkan, Ibu." Jawab Dio.
Dio mohon pamit pada Ibunya untuk bersilaturahmi ke tempat saudara-saudaranya. Terutama ke rumah Pak De Santo. Dio akan beri tahu hal yang di nanti-nanti Pak De-nya. Tak terasa hingga senja mulai tampakkan indahnya. Seperti waktu kecil dulu Dio bersama teman-temannya mengahiskan waktu main mereka sampai senja tiba.
Senja yang indah, walau datangnya sebentar namun bisa bawa kedamaian. Bersama senja di kota Impian, tak kan pernah terlupa setiap lembar cerita yang tertoreh dalam kanvas kehidupan selama ini.
***
Tiba waktu yang di nanti. Pernikahan Dio dan Manda di gelar sangat meriah namun hikmat di di kediaman Manda. Di kota perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur tepatnya di daerah Wonogiri. Manda terlihat begitu cantik dengan kebaya Biru Muda begitu juga Dio. Ayah Ibu dan juga tamu undangan yang hadir ikut merasakan kebahagiaan yang tengah di rasakan sang pengantin. Doa-doa indah mengalir dari setiap tamu yang datang.
Satu tamu undangan yang terlihat meneteskan air mata di baris terakhir dalam pesta pernikahan itu. Ya.. dialah Tika. Tak banyak yang melihat kehadirannya. Namun Raka sempat berpapasan dengannya. Hingga tiba saatnya Tika bersalaman dengan pengantin.
"Selamat, Dio. Semoga bahagia ya..." ucapnya lirih.
"Te... terimakasih," jawab Dio dengan ekspresi kaget. Tak banyak yang dapat Dio lakukan di pertemuan yang tak terduka tersebut. Hati Dio bergemuruh ingin sampaikan banyak hal yang lama ia pendam  pada Tika. Namun waktu yang tidak mengijinkannya. Dio hanya tertunduk lemas.
Dengan melihat Tika berlalu, dalam benak Dio  hanya berdoa semoga ada kesempatan untuknya agar bisa sampaikan sesuatu kepada Tika. Apapun yang terjadi Dio berjanji akan sampaikan satu hal pada Tika. Begitu pula Manda harus tahu apa sebenarnya yang tengah Dio rasakan. Biarlah semesta bicara tentang satu hal pada dirinya, cintanya dan jalan yang Dio lalui.
#EvenProjekNubala