Dalam dunia pengembangan perangkat lunak, kita semua akrab dengan masalah klasik: perubahan konfigurasi yang lambat, proses manual yang rentan kesalahan, dan komunikasi antar tim yang kadang seperti labirin. Kondisi ini bukan hanya menghambat produktivitas, tetapi juga mengancam kualitas akhir produk.
HAVELSAN, perusahaan pertahanan teknologi asal Turki, mengalami hal serupa. Sebagai pengembang perangkat lunak untuk sistem kritis, mereka dituntut menghadirkan solusi cepat, stabil, dan dapat dikendalikan secara penuh. Namun, model lama berbasis pendekatan campuran antara metode tradisional dan agile, serta minimnya otomatisasi, membuat mereka sulit beradaptasi terhadap kebutuhan yang berubah cepat.
DevOps dan Agile: Solusi, Bukan Sekadar Tren
Daripada terus bergulat dengan metode lama, HAVELSAN memilih jalan transformasi. Mereka mengintegrasikan dua pendekatan modern sekaligus: DevOps dan Agile. Kombinasi ini bukan hanya solusi teknis, tetapi pendekatan menyeluruh yang mencakup budaya kerja, sistem, dan cara pandang terhadap pengembangan perangkat lunak.
Dalam pendekatan baru ini, proses Software Configuration Management (SCM) dirombak total. Semua tahapan, dari pengembangan kode, pengujian, hingga rilis ke lingkungan produksi, dijalankan secara otomatis. Mereka menggunakan pendekatan Gitflow, memanfaatkan alat bantu seperti Jenkins, Jira, dan GitOps, serta menerapkan prinsip Configuration as Code dan Infrastructure as Code.
Hasilnya? Nyata dan Menginspirasi
Transformasi ini bukan hanya soal teori. Hasil nyatanya sangat mencengangkan. Waktu rilis yang sebelumnya butuh 2 hari, kini bisa dilakukan hanya dalam 3 jam. Frekuensi rilis meningkat hingga 4 kali lipat. Kualitas kode meningkat drastis berkat otomatisasi pengujian, dan error rate turun hingga 1,5 kali lipat.
Tak berhenti di sana. Dengan integrasi penuh antara pengembang, manajer konfigurasi, dan tim QA, komunikasi menjadi lebih terbuka. Semua perubahan terdokumentasi, semua proses bisa diaudit, dan sistem menjadi jauh lebih aman serta mudah dikontrol.
Tantangan Itu Ada, Tapi Bisa Diatasi
Tentu, perubahan ini tidak berjalan tanpa hambatan. HAVELSAN juga menghadapi tantangan: sumber daya manusia perlu dilatih ulang, alat baru harus dipahami, dan budaya kerja harus disesuaikan. Namun, semangat kolaboratif yang dibawa oleh Agile, ditambah dengan kekuatan otomatisasi dari DevOps, membuat semua tantangan ini bisa diatasi secara bertahap.
Pelajaran untuk Industri Teknologi Indonesia
Kisah HAVELSAN ini membawa pesan penting, terutama bagi pelaku industri teknologi di Indonesia. Banyak perusahaan masih mengandalkan proses manual atau metode lama yang tidak lagi relevan dengan tantangan zaman. Padahal, solusi untuk mempercepat proses pengembangan dan meningkatkan kualitas sudah ada di depan mata.
DevOps dan Agile bukan hanya sekadar tren yang dibicarakan di konferensi. Mereka adalah pendekatan nyata yang terbukti mampu meningkatkan efisiensi dan daya saing. SCM yang terintegrasi, otomatis, dan fleksibel bukan lagi impian, tapi kebutuhan mendesak.
***
Jika perusahaan teknologi seperti HAVELSAN yang bergerak di bidang pertahanan bisa berubah, mengapa perusahaan kita tidak bisa? Transformasi digital sejati bukan tentang membeli alat baru, tapi tentang mengubah cara berpikir dan cara bekerja.
Mari jadikan kisah HAVELSAN sebagai inspirasi. Sudah saatnya kita tinggalkan cara lama, dan menyambut era pengembangan perangkat lunak yang lebih cepat, efisien, dan terkendali.