Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Pemerhati Isu-isu Pangan Lokal, mantan Peneliti Litbang Kompas

Senang menulis isu-isu pangan, lingkungan, politik dan sosbud kontemporer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menagih Janji Kesetaraan Difabel di Momen 80 Tahun Indonesia Merdeka

8 Agustus 2025   23:59 Diperbarui: 10 Agustus 2025   21:20 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penyandang disabilitas memanfaatkan fasilitas tangga umum (Sumber: MRAD via BBC.com)

Potret Inspiratif Para Pejuang Difabel di Berbagai Sektor

Ilustrasi seorang penyandang disabilitas beraksi dalam sebuah acara festival kesenian (Sumber: Fajar Sodiq via BBC.com)
Ilustrasi seorang penyandang disabilitas beraksi dalam sebuah acara festival kesenian (Sumber: Fajar Sodiq via BBC.com)

Di balik keterbatasan fasilitas dan diskriminasi, banyak difabel Indonesia yang berhasil menorehkan prestasi membanggakan. Mereka hadir di berbagai sektor---pendidikan, olahraga, seni, hingga politik---membuktikan bahwa hambatan fisik tidak menghalangi kontribusi nyata bagi bangsa. Kisah mereka menjadi pengingat bahwa masalah utama bukan terletak pada kondisi fisik, melainkan pada sistem yang membatasi.

Di dunia olahraga, atlet paralimpiade seperti Leani Ratri Oktila telah mengharumkan nama Indonesia di panggung internasional. Keberhasilannya bukan hanya soal medali, tetapi juga membuka mata publik bahwa prestasi difabel layak mendapat apresiasi setara dengan atlet non-difabel. Dalam seni, seniman tunarungu dan tunanetra membuktikan bahwa kreativitas tidak mengenal batas.

Di sektor pendidikan, ada guru-guru difabel yang mengajar dengan metode adaptif, menginspirasi muridnya untuk melihat dunia dari perspektif keberanian dan ketekunan. Di dunia bisnis, pengusaha difabel membangun usaha yang mempekerjakan sesama difabel, menciptakan rantai ekonomi inklusif dari akar rumput.

Kisah-kisah ini sering luput dari pemberitaan arus utama, sehingga penting untuk terus diangkat. Representasi positif tidak hanya menginspirasi difabel lainnya, tetapi juga mengubah cara pandang masyarakat luas. Semakin banyak publik melihat difabel sebagai subjek yang berdaya, semakin besar pula dukungan terhadap kebijakan inklusif.

Para pejuang difabel ini membuktikan bahwa kemerdekaan sejati bukanlah hadiah, melainkan hasil dari perjuangan kolektif. Mereka adalah bukti hidup bahwa keterbatasan fisik bukan alasan untuk membatasi mimpi dan kontribusi.

Penutup

Ilustrasi pelatihan bahasa isyarat untuk guru yang mengajar para penyandang disabilitas (Sumber: Antara Foto via BBC.com)
Ilustrasi pelatihan bahasa isyarat untuk guru yang mengajar para penyandang disabilitas (Sumber: Antara Foto via BBC.com)

Kemerdekaan yang tak ramah difabel adalah cermin retak dari janji kemerdekaan itu sendiri. Selama fasilitas publik, pendidikan, dan lapangan kerja masih membatasi difabel, kita belum bisa menyebut Indonesia benar-benar merdeka bagi semua. Perjuangan menuju inklusivitas memerlukan kerja bersama---negara, masyarakat, dan komunitas difabel---untuk membongkar hambatan yang selama ini dianggap "biasa".

Saat difabel bisa berjalan di trotoar tanpa halangan, melamar pekerjaan tanpa diskriminasi, dan belajar di sekolah tanpa hambatan fisik maupun mental, barulah kita bisa merayakan kemerdekaan yang sesungguhnya. Hingga hari itu tiba, kemerdekaan masih menjadi kemewahan bagi sebagian warga negara kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun