Mohon tunggu...
Sultani
Sultani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Senang menulis kreatif berbasis data

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Anies Baswedan: Antitesis Calon Pengganti Jokowi

16 Desember 2023   15:50 Diperbarui: 16 Desember 2023   15:56 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber: CNN Indonesia
Sumber: CNN Indonesia

Mengacu pada hasil survei Agustus, elektabilitas Anies justru mengalami penurunan yang signifikan pada Survei Desember ini. Porsi penurunannya mencapai 13,9 persen. Itu artinya, konsolidasi politik kubu Anies Baswedan untuk mempertahankan Jakarta sebagai basisnya gagal. Suara-suara yang meninggalkan Anies sekarang justru eksodus ke lawan politiknya, Prabowo Subianto. 

Sebaliknya, di beberapa daerah selain Jakarta, kekuatan elektoral Anies justru bertambah meskipun tingkat elektabilitasnya masih rendah. Anies merupakan salah satu penguasa suara pemilih di Jawa Barat setelah Prabowo Subianto. 

Selama dua periode survei yang dilakukan Litbang Kompas pada Agustus dan Desember, elektabilitas Anies di provinsi ini tetap stabil. Elektabilitas Anies bertambah namun sangat kecil sekali yaitu 0,1 persen sehingga kurang signifikan untuk menambah kekuatan elektoralnya. Meski demikian, Anies berhasil mempertahankan posisinya sebagai pemenang suara terbanyak setelah Prabowo. 

Fenomena elektoral Anies yang cukup menarik justru terjadi di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta yang selama ini dikenal sebagai basis terbesar pemilih Ganjar Pranowo. 

Secara statistik, elektabilitas Anies terbilang sangat kecil di Jawa Tengah, yaitu selalu di bawah 5 persen. Pada survei Agustus, elektabilitas Anies hanya 1,6 persen sementara pada Desember elektabilitasnya terangkat hingga mencapai angka 4,1 persen. Artinya, kehadiran Muhaimin Iskandar sebagai pendamping Anies memberi dampak elektoral untuk Anies hingga mengalami peningkatan elektabilitas sebesar 2,5 persen. 


Penambahan elektoral ini tentunya berasal dari dukungan umat Islam tradisional yang tegak lurus loyal kepada Gus Imin sebagai Ketua Umum DPP PKB. Perlu diketahui bahwa PKB merupakan partai politik terkuat di Jawa Tengah setelah PDI Perjuangan. Hal serupa juga terjadi di DI Yogyakarta yang dikenal sebagai pemilih Ganjar. Di sini, elektabilitas Anies meningkat hingga 4,7 persen.

Kekuatan Non-elektoral

Dengan modal elektabilitas pas-pasan tersebut sudah bisa dipastikan peluang Anies untuk memenangkan Pilpres 2024 sangat kecil. Anies harus menggali potensi dirinya sebagai kekuatan non-elektoral untuk meraih simpati dari undeciced voters dan pemilih capres lain. Mengandalkan kekuatan elektoral berbasis swing voters dalam waktu yang semakin sedikit pasti terlalu sulit. Apa saja yang menjadi kekuatan non-elektoral Anies Baswedan?

Hal paling menonjol dari Anies adalah kecerdasan dan kemampuan dalam beretorika. Kompetensi intelektual Anies yang mumpuni selama ini adalah modal dasar yang bisa dipoles lagi untuk mendapatkan simpati pemilih hingga hari pemilihan. 

Kemampuan ini bisa dikombinasikan dengan kemampuan beretorika seperti yang diperlihatkan ketika debat capres. Kemampuan dalam bertutur dan menyampaikan gagasan adalah nilai plus yang bisa mengangkat elektabilitas. Apalagi hampir semua survei tentang kesan publik terhadap penampilan Anies Baswedan dalam berdebat menunjukkan sentimen positif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun