Apa Konsekuensi Sosial dari Amar Ma'ruf dan Nahi munkar?
Kita mulai dengan menyebutkan konsekuensi sosial dari meninggalkan kewajiban ini. Telah disebutkan sebelumnya bahwa hilangnya berkah dari kewajiban ini merupakan hukuman yang diperparah dengan sejumlah kerugian:
1- Merebaknya Korupsi dan Pembalikan Nilai-Nilai:
Meninggalkan kewajiban amar ma'ruf dan nahi munkar secara otomatis akan membuka jalan bagi penyebaran dan maraknya korupsi. Mereka yang terlibat dalam korupsi tidak akan menemukan hambatan atau penghalang untuk menghentikan kejahatan mereka. Selain itu, hal itu akan mendorong orang lain untuk bergabung dengan orang-orang korup ini, yang mengarah pada korupsi yang meluas yang bahkan tidak mengecualikan mereka yang tetap diam atau mengabaikan kewajiban ini. Nabi Saw bersabda: "Ketika suatu dosa dilakukan secara sembunyi-sembunyi, maka dosa itu hanya merugikan orang yang melakukannya; tetapi ketika dilakukan secara terang-terangan, maka dosa itu merugikan masyarakat umum."
Jika kewajiban ini terus diabaikan, moralitas publik awalnya akan dipengaruhi oleh keraguan, yang kemudian akan berubah menjadi kesenangan dalam dosa, hingga anggota masyarakat ini mencapai titik di mana mereka mengkritik orang-orang yang menegakkan kewajiban ini. Pada akhirnya, situasi ini akan meningkat ke titik di mana dosa dan kerusakan menjadi nilai-nilai tersendiri, menggantikan kehormatan, kebajikan, dan kesalehan.
Mereka merujuk pada kemunduran bertahap ini dalam sebuah hadis terkenal dikatakan: "Bagaimanakah jadinya bagi kalian jika istri-istri kalian rusak, dan pemuda-pemuda kalian tidak bermoral, dan kalian tidak amar ma'ruf dan nahi munkar?"
Mereka bertanya, "Apakah itu benar-benar terjadi, wahai Rasulullah?!"
Beliau menjawab, "Ya, dan bahkan lebih buruk lagi! Bagaimanakah jadinya bagi kalian jika kalian tidak amar munkar dan nahi munkar?!"
Mereka bertanya, "Apakah itu benar-benar akan terjadi, wahai Rasulullah?!"
Beliau menjawab, "Ya, dan bahkan lebih buruk lagi! Bagaimana jadinya bagimu ketika engkau melihat yang benar menjadi salah dan yang salah menjadi benar?!"