Kita hidup di masa di mana bumi terasa sesak, namun hati manusia terasa hampa. Terlalu banyak wajah, terlalu banyak nama, terlalu banyak suara, namun, terlalu sedikit jiwa. Anda bisa masuk ke ruangan yang penuh orang dan tetap merasakan kesepian yang tak terlukiskan kata-kata. Bukan ketiadaan teman yang melukai kita; melainkan ketiadaan koneksi.Terlalu banyak manusia dan tak cukup jiwa...
Orang-orang lebih banyak bicara daripada mendengarkan. Mereka bergerak cepat tetapi jarang bergerak maju. Mereka menunjukkan kepedulian ketika mata memperhatikan, dan empati ketika itu bermanfaat bagi mereka. Segala sesuatu terasa terlatih, entah itu kebaikan, kesedihan, atau bahkan keyakinan. Kita telah menjadi aktor di atas panggung, bertepuk tangan untuk diri sendiri sementara jiwa kita diam-diam merana di balik tirai.
Kita mengejar validasi seolah-olah itu oksigen, lupa bahwa kedamaian tidak ditemukan dalam tepuk tangan. Anda melihat orang-orang dengan pengikut, bukan teman; dengan prestasi, bukan kepuasan. Hati itu keras, dan senyum terlukis. Kita tahu cara berkarya, tetapi kita lupa cara merasakan.
Di suatu tempat di sepanjang jalan, kita berhenti memberi makan jiwa. Kita malah mulai memberi makan ego; rasa lapar tak berujung yang tak pernah cukup. Kita keliru menganggap terlihat sebagai dikenal, dan didengar sebagai dipahami. Perbedaan antara keduanya inilah yang membedakan manusia dari yang hampa.
Mungkin itulah sebabnya keheningan terasa sakral sekarang. Mungkin itulah sebabnya kehangatan sejati terasa langka. Karena dunia telah menguasai cara menghasilkan manusia, tetapi lupa cara membesarkan jiwa.
Mungkin sudah saatnya kita berhenti berlipat ganda dan mulai memperdalam diri. Mungkin kebangkitan yang kita nantikan bukanlah politik, melainkan spiritual; kembali secara diam-diam kepada diri kita sebelum kebisingan mengambil alih.
Karena hanya ketika kita kembali kepada Allah SWT, kepada risalah Nabi-Nya Saw, dan kepada cahaya Ahlulbayt as. makhluk hampa akan kembali menjadi jiwa yang hidup dan umat manusia, sekali lagi, menjadi manusia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI