Selain sirup emprit ginger, Berty membawa minuman tradisional. Minuman tersebut bisa dengan mudah kita temukan di pasar-pasar tradisional Yogyakarta. Tetapi, berkat tangan kreatif Berty, minuman tersebut memiliki rasa yang berbeda dan tampilan istimewa. Â
Puncak menara kesuksesan masih jauh dari pandangan Berty. Tetapi, ia telah keluar dari zona aman. Dengan demikian, ia telah melangkahi separuh anak tangga menuju puncak menara kesuksesan.
Pada stand tempat Berty menggelar karya kulinernya, muncul pula sosok entrepreneur tangguh; Ayub Suharno (40 tahun). Di antara para entrepreneur di Jogja Halal Food 2019, Ayub merupakan sosok yang paling tahan banting. Bagaimana tidak? Usaha brownies kukus berlabel Melinda yang dikelolanya, telah dijalankannya selama lima tahun. Meskipun omset sulit untuk mencapai angka yang memuaskan, usaha kuliner tersebut tetap bertahan. Â Â
Ayub mengakui bahwa produknya masih belum optimal berinovasi dan belum memanfaatkan peluang pasar digital. Lebih lanjut lagi, Ayub berkisah bahwa pernah ada pemesan yang mengharapkan lapisan keju pada brownies kukus Melinda. Waktu itu, Ayub menduga bahwa keju akan lumer bila dijadikan sebagai lapisan pada brownies kukus, sehingga pesanan tersebut ditolaknya.
Namun, Ayub terus diserbu rasa penasaran, sehingga mendorongnya untuk membuat brownies kukus dengan lapisan keju. Di luar dugaannya, keju tidak lumer dan menghasilkan inovasi varian baru. Dalam hatinya, timbul selarik penyesalan karena menolak pesanan tersebut. Ia mengakui bahwa semestinya ia mencoba terlebih dahulu sebelum menolak.
Selepas Jogja Halal Food 2019, Ayub berniat untuk lebih giat bereksperimen dalam menciptakan varian baru dari brownies kukus. Ia pun ingin lebih mengoptimalkan distribusi secara online, sehingga bisa menembus pasar digital. Dengan demikian, produksi brownies Melinda kukus tidak lagi tergantung pasanan yang tidak teratur, tetapi bisa diproduksi setiap waktu, dan juga bisa didistribusikan secara online (internet). Â
Selain UKM yang dikelola keluarga, terdapat pula produksi yang digerakkan sekelompok ibu-ibu antar tetanga. Hal ini terlihat dari geliat UKM Mina 12 di Rejowinangun, Kotagede. UKM Mina 12 memproduksi aneka camilan sayur dan katering berupa nasi box porsi besar (kecil). Pembuatan produk dibagi-bagi antaranggota. Masing-masing anggota mengerjakan pembuatan produk yang berbeda. Pembagian tugas ini memungkinkan bagi UKM 12 untuk membuat beragam jenis produk kripik dari bahan baku sayur. Mulai dari kripik wortel, kripik sledri, hingga kripik bayam.
Oleh karena itu, Mina 12 tampaknya harus lebih aktif memanfaatkan teknologi digital untuk distribusi dan promosi. Agar produk Mina 12 menerobos pasar digital yang jauh lebih luas dan besar. Dengan demikian, produksi produk tidak lagi tergantung pada pesanan yang tidak tetap, tetapi bisa diproduksi secara teratur dan omset yang diperoleh bisa lebih besar. Dengan demikian, omset produk Mina 12 bisa meningkatkan dan memajukan kesejahteraan masyarakat Rejowinangun.
Di antara para entrepreneur yang menggelar produk kuliner di Jogja Halal Food 2019, terdapat beberapa UKM yang memperoleh binaan lembaga profesional. Misalnya, UKM Zaki Nutrindo yang memproduksi aneka olahan berbahan baku melinjo dan Rosalina Bolu Tiwul yang menghasilkan inovasi bolu bebas gluten. Kedua UKM ini merupakan dua di antara puluhan UKM binaan Bank Indonesia. Bank Indonesia mengakomodasi dan memberikan pendampingan secara profesional. Tidak mengherankan, pengelolaan produksi kedua UKM, jauh lebih tertata dan inovatif. Hal ini dituturkan Ahmadi P. Utama (50 tahun) dan Siska Wulan (45 tahun) yang menjaga stand UKM binaan Bank Indonesia. Â