Mohon tunggu...
Subandi Arya MS
Subandi Arya MS Mohon Tunggu... -

kerja di poso, sulteng, hasilnya masih ditabung buat ziarah ke vietnam.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Poso, "Tanah Para Pemburu Surga"

4 Juni 2013   21:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:31 18078
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1370379266220179146

[caption id="attachment_265600" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi/ Admin (kompas.com)"][/caption] “Tanah sepotong surga” adalah penggalan kalimat dari buku yang ditulis seorang misionaris sekaligus peneliti Belanda AC Kruyt yang menginjakan kaki di Poso tahun 1892. Tanah sepotong surga untuk menggambarkan pesona, kekayaan alam dan kesuburan tanah di Poso ketika Kruyt begitu kagum dengannya. Dalam tulisan lainnya Kruyt menggambarkan karena suburnya tanah Poso apapun didilempar ditanah Poso akan tumbuh subur.

Dalam masa pemerintahan Bung Karno, Poso adalah salah satu kota pilihan Bung Karno dimana pada tahun 1951 Bung karno menginjakan kaki di Poso kala itu disambut ribuar Ormas pemuda Se-Sulawesi Tengah. Selama beberapa hari di Poso, Bung Karno mendirikan tugu kemerdekaan tepat di depan benteng peninggalan Belanda yang kini menjadi Markas Kodim 1307 Poso.

Ironisnya, sejak pemerintahanOrde baru dibawah Suharto semasa pemerintahan Bupati Poso Koeswandi 1973-1983 yang berlatar belakang militer merobohkan tugu kemerdekaan yang diresmikan Bung Karno kemudian menguburnya di belakang asrama Kodim guna mengubur jejak sejarah Bung Karno yang waktu itu dianti pemerintahan Suharto.

Tak hanya tugu yang dikubur dalam-dalam oleh pemerintah orde baru, beberapa catatan kekaguman Bung Karno tentang Poso yang tersimpan di gedung peninggalan Belanda itu juga di musnahkan entah kemana. Dalam catatan itu, Bung Karno mengungkapkannya kepada M. Pusadan ketua dewan raja sekaligus ketua daerah otonom yang meliputi wilayah Sulawesi Tengah tentang kekagumannya dengan tanah Poso. Sukarno menyebut tanah harapan.

Pada tahun 1991 Era pemerintahan Suharto, Poso menjadi salah satu destinasi wisata Indoenesia masuk dalam salah satu daerah yang wajib dikunjungi dalam program Visit Indonesia Year 1991. Poso yang kala itu masih meliputi beberapa kabupaten diantaranya Morowali, Tojo Una-Una mendapatkan sumber keuangan daerah terbesar dari kunjungan wisata.

Bahkan, di sekitar danau Poso yang memiliki luas 368,9 km2 (39.890 ha) dengan panjang garis pantai mencapai 127 km terdapat sebuah taman milik Ibu Tien, Isteri Presiden Suharto yaitu taman anggrek, taman seluas 5.000 ha yang ditumbuhi anggrek-anggrek langkah salah satunya anggrek habitat asli dari anggrek hitam yang telah menjadi ikon taman anggrek Bancea yang terletak di Desa Bancea, Kecamatan Pamona Selatan atau 200 km sebelah selatan Kota Poso itu mulai ditata pada tahun 1970-an yang oleh Ibu Tien dalam catatan penduduk Desa Bancea disebut sebagai "Taman Surga"

Itulah secuil dari pesona Poso. Namun hari-hari dalam 15 tahun terakhir ini ketika kita bicara tentang Poso maka yang terekam dalam ingatan adalah kota yang penuh dendam, darah dan air mata. Bom bunuh diri seorang pria bersepada motor yang meledakan dirinya saat menerobos pengamanan pintu masuk Mapolres Poso Senin, (3/6) menjadi pembuka cerita tentang Poso di pertengahan tahun 2013 ini. Nasib tanah sepotong surga, tanah harapan dan taman surga  bagi sebahagian orang telah menjadi “tanah para pemburu surga”

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun