Mohon tunggu...
Sulasmi Rasyid
Sulasmi Rasyid Mohon Tunggu... Penulis Jalanan

mencari kebenaran ditengah tengah pembenaran

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

DARI ANGKA KE AKSI : Pentingnya Statistik Dalam Transformasi Pendidikan.

26 September 2025   08:41 Diperbarui: 26 September 2025   08:41 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Transformasi pendidikan tidak bisa dilepaskan dari peran data dan statistik. Pendidikan bukan hanya soal membangun ruang kelas atau mencetak kurikulum baru, tetapi tentang bagaimana memahami realitas di lapangan, mendiagnosis masalah, dan merumuskan solusi yang tepat sasaran. Di sinilah statistik menjadi pondasi: ia menyediakan gambaran faktual mengenai kondisi pendidikan, memandu arah kebijakan, sekaligus menjadi alat ukur keberhasilan program yang dijalankan. Tanpa data, kebijakan hanya akan menjadi retorika tanpa pijakan nyata.

Realitas global menunjukkan bahwa tantangan pendidikan masih sangat besar. UNESCO mencatat bahwa saat ini terdapat lebih dari 250 juta anak dan remaja di dunia yang tidak bersekolah. Bahkan, kesenjangan pembiayaan pendidikan di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah mencapai hampir 100 miliar dolar AS per tahun untuk mencapai target nasional mereka. Sementara itu, Global Partnership for Education melaporkan bahwa setiap tambahan satu tahun sekolah dapat meningkatkan pendapatan individu sekitar 10%, serta berkontribusi pada pengurangan kemiskinan ekstrem. Angka-angka ini menegaskan bahwa pendidikan bukan sekadar hak dasar, melainkan investasi strategis bagi masa depan bangsa.

Namun, statistik bukanlah tujuan akhir. Ia hanyalah angka jika tidak diolah menjadi kebijakan dan aksi nyata. Dari angka, kita belajar di mana masalah berada: misalnya jumlah guru bersertifikat yang timpang antarwilayah, tingginya angka putus sekolah di pedesaan, atau rendahnya capaian literasi di tingkat dasar. Dari sana, data memberi arah: bagaimana pemerintah menempatkan program prioritas, mengalokasikan sumber daya, hingga melakukan evaluasi. Statistik menghubungkan antara perencanaan, implementasi, dan pengawasan. Dengan kata lain, ia mengubah informasi menjadi transformasi.

Meski demikian, pemanfaatan statistik di bidang pendidikan masih menghadapi tantangan. Kualitas data sering kali tidak lengkap, terlambat, atau tidak konsisten. Kapasitas analisis juga terbatas, sehingga data hanya menjadi tumpukan laporan tanpa makna. Belum lagi resistensi birokrasi yang kadang mengandalkan intuisi dan pengalaman, tanpa menjadikan data sebagai rujukan utama. Untuk menjawab hal ini, peningkatan kapasitas pengelolaan data, transparansi laporan, serta pemanfaatan teknologi digital mutakhir menjadi kebutuhan mendesak.

Sejarah menunjukkan bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah peradaban. Nelson Mandela pernah berkata, "Education is the most powerful weapon which you can use to change the world." Senjata itu akan semakin tajam bila dilengkapi dengan statistik yang akurat. Tanpa data, kita tidak tahu siapa yang tertinggal. Tanpa data, kita tidak tahu apakah intervensi benar-benar berdampak. Dan tanpa data, kita tidak bisa memastikan apakah investasi pendidikan membuahkan hasil yang adil bagi seluruh anak bangsa.

Oleh karena itu, transformasi pendidikan di Indonesia --- dan di dunia --- harus dimulai dari kesadaran bahwa angka adalah pintu menuju aksi. Data pendidikan tidak boleh hanya berhenti di meja laporan, tetapi harus menjadi dasar keputusan strategis. Jika pemerintah, sekolah, akademisi, dan masyarakat bersinergi untuk menjadikan statistik sebagai pijakan utama, maka cita-cita pendidikan yang merata, berkualitas, dan transformatif bukanlah mimpi belaka, melainkan kenyataan yang teruku

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun